Jakarta, Gatra.com - Bank Indonesia tetap mempertahankan perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada 2023 tetap sebesar 2,7%.

Gubernur BI, Perry Warjiyo mengatakan, sejalan dengan hal tersebut, ekonomi Tiongkok diperkirakan akan melambat dan ekonomi Amerika Serikat (AS) akan semakin kuat. 

Baca juga: Hadapi Ketidakpastian Ekonomi, Gubernur BI Paparkan Tiga Tantangan Ini

"Perlambatan ekonomi Tiongkok disebabkan oleh pelemahan permintaan domestik karena keyakinan konsumen, utang rumah tangga, dan permasalahan sektor properti, di tengah penurunan ekspor akibat perlambatan ekonomi global," kata Perry dalam konferensi pers RDG Bulan September di Jakarta, Kamis (21/9).

Sedangkan kuatnya ekonomi AS didukung oleh konsumsi rumah tangga seiring dengan kenaikan upah dan pemanfaatan ekses tabungan (excess savings).

"Dalam pada itu, inflasi di negara maju masih tetap tinggi karena berlanjutnya tekanan inflasi jasa, keketatan pasar tenaga kerja, dan meningkatnya harga minyak," jelas Perry.

Baca juga: BI Tahan Lagi Suku Bunga Acuan di Level 5,75 Persen

Menurut Perry perkembangan tersebut mendorong tetap tingginya suku bunga kebijakan moneter di negara maju, terutama Federal Funds Rate (FFR) AS.

"Mengakibatkan meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global," pungkasnya.