Home Lingkungan Indonesia Darurat Sampah, Pakar UGM Dorong Penerapan Ekonomi Sirkuler

Indonesia Darurat Sampah, Pakar UGM Dorong Penerapan Ekonomi Sirkuler

Yogyakarta, Gatra.com - Sejumlah daerah di Indonesia menghadapi persoalan serius dalam penanganan sampah, seperti Yogyakarta belakangan ini. Setiap hari, produksi sampah rata-rata mencapai 0,7 kilogram per orang. 

Sayangnya di tengah volume sampah yang makin besar, kemampuan pengelolaan sampah masih rendah yakni hanya sekitar 34 persen. Melihat masalah itu, pengelolaan sampah menggunakan konsep ekonomi sirkuler dipandang menjadi solusi yang jitu.

Hal ini mengemuka dalam diskusi Bincang Ekonomi Sirkuler bersama Plastic Reborn #BeraniMengubah di Yogyakarta, Jumat (20/10).

"Dengan pengelolaan sampah yang tepat melalui ekonomi sirkuler diperkirakan bisa meningkatkan pendapatan negara sampai dengan Rp 600 triliun," kata Executive Director of Ancora Foundation, Ahmad Zakky Habibie.

Ia menjelaskan, penerapan ekonomi sirkuler yang tepat dapat memberikan manfaat bagi lingkungan sekitar, mulai dari memberikan kehidupan kedua bagi plastik kemasan bekas pakai hingga membuka lapangan kerja bagi masyarakat.

Menurut Ahmad, Ancora Foundation melalui gerakan Plastic Reborn telah melakukan berbagai kegiatan dalam bentuk edukasi dan pemberdayaan, di antaranya edukasi terhadap sekitar 55.000 pelajar, mahasiswa, dan masyarakat. 

Para aktivis Plastic Reborn melakukan pendampingan bagi talenta muda pegiat teknologi digital terkait manajemen kemasan plastik bekas, serta melakukan pemberdayaan sektor informal dengan mengenalkan penggunaan aplikasi digital.

"Edukasi menjadi kunci dalam pelaksanaan inisiasi penanaman pengetahuan ekonomi sirkular terkait pengelolaan kemasan plastik bekas pakai dan dampaknya yang berkelanjutan. Diharapkan dengan pemahaman yang tepat, semua stakeholder dapat berperan serta dan memberikan dampak positif," katanya.

Adapun pakar perdagangan dunia dan ekonomi politik internasional UGM, Riza Noer Arfani, menjelaskan, ekonomi linier yang saat ini diterapkan perlu berpindah ke sistem ekonomi sirkuler yang masuk ke satu lingkaran sehingga tidak ada yang terbuang.

Kendati pertumbuhan ekonomi dan pelestarian lingkungan tampak sebagai dua hal yang sulit diraih secara bersamaan, menurut Riza, hadirnya ekonomi sirkuler dapat menjadi jembatan.

"Kolaborasi merupakan kunci untuk implementasi ekonomi sirkuler yang maksimal dalam upaya mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi lebih baik,” katanya.

Dosen Fisipol UGM, Suci Lestari Yuana menambahkan masyarakat memiliki peran penting dalam proses pengelolaan kemasan plastik bekas pakai. Upaya meningkatkan kesadaran masyarakat dapat dilakukan dengan edukasi melalui sektor pendidikan. 

Gagasan ini salah satunya hadir dalam bentuk Indonesia Green Principal Award. Inisiatif ini mengajak para kepala sekolah menjadi agen transformasi Sekolah Sirkuler di level sekolah dan lingkungan sekitar.

Pada kesempatan yang sama, Fauziah Syafarina Nasution selalu Communications Manager Coca-Cola juga sepakat bahwa kolaborasi antar lintas organisasi menjadi kunci penting untuk mendorong penerapan ekonomi sirkuler di Indonesia.

"Kami menyadari urgensi dari kemasan plastik bekas pakai di Indonesia. Tidak ada entitas tunggal yang dapat mengatasi tantangan ini sendirian sehingga butuh kolaborasi," tutupnya.

248