Home Regional Rapat Internal PDIP Sukoharjo Ricuh, Terjadi Lemparan Kursi

Rapat Internal PDIP Sukoharjo Ricuh, Terjadi Lemparan Kursi

Sukoharjo, Gatra.com - Rapat internal PDIP Sukoharjo yang digelar di Kantor PAC Kecamatan Weru, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, ricuh, Rabu (6/3) malam. Ratusan orang yang merupakan pendukung dari salah satu caleg dari Dapil II meliputi Kecamatan Weru, Tawangsari dan Bulu tersebut mengamuk. 

Pada rapat internal tersebut dari DPC hadir Sekretaris DPC PDIP Sukoharjo Nurjayanto serta sejumlah pengurus DPC. Hadir juga Bupati Wonogiri Joko "Jekek" Sutopo yang didaulat sebagai supervisor di DPC PDIP Sukoharjo selama Ketua DPC PDIP Sukoharjo berhalangan.

Sebelum terjadi keributan, rapat internal berjalan lancar. Namun saat masuk pada sesi penyampaian aspirasi, kericuhan mulai terjadi. 

Ketua Ranting PDIP Desa Karangtengah Didik Rudiyanto yang paling awal menyampaikan, caleg PDIP yang mereka dukung yakni Aristya Tiwi mendapat suara 5.330. Kendati demikian terdapat isu, bahwa caleg tersebut yang secara peringkat perolehan suara caleg dan aturan KPU bisa ditetapkan sebagai anggota DPRD Kabupaten Sukoharjo, namun tidak akan dilantik. 

"Kami hanya ingin mempertanyakan apakah dengan fakta itu Aristya Tiwi dilantik atau tidak. Kalau tidak dilantik, ini benar-benar menyakiti kami tidak hanya kader tetapi warga Weru," ucap Didik.

Terlebih jika melihat sistem komandante di PDIP, perolehan suara Tiwi di daerah binaan dan prosentasenya sudah masuk.

Hal yang sama juga diungkapkan Sadono, pengurus ranting lainnya. Menurutnya, kader yang ada dibawah itu sudah bekerja maksimal agar dari Dapil 2, khususnya Weru ada dua anggota DPRD dari PDIP. Sehingga ketika hal itu sudah tercapai berdasarkan penghitungan rekapitulasi yang dilakukan KPU Sukoharjo, maka seharusnya Tiwi dilantik.

"Namun ketika tidak dilantik karena kalah dengan caleg yang suaranya dibawahnya, itu tidak adil," imbuhnya.

Menanggapi hal tersebut Joko Sutopo memberikan penjelasan mengenai aturan internal partai yang berbeda dengan aturan KPU. Bahkan Jekek juga meminta sejumlah caleg melakukan testimoni mengenai sistem tempur yang digunakan PDIP di Jawa Tengah, termasuk Sukoharjo.

Namun demikian, massa yang mulai emosi terus menyela pembicaraan Jekek, sehingga beberapa kali sempat terdiam dan dilanjutkan kembali. Hanya saja, massa yang menilai bahwa penjelasan Jekek mbulet dan tidak ada kejelasan apakah Tiwi dilantik atau tidak, makin emosi. 

Teriakan-teriakan keras, kasar bersahutan dari luar. Bahkan lemparan kursi juga terjadi.

Situasi semakin menjurus pada hal yang tidak kondusif saat tratak depan di Kantor PAC digoyang-goyang dan lampu di depan mati. Akhirnya rapat bubar dan tidak ada keputusan sama sekali. 

Rombongan DPC beserta Jekek meninggalkan lokasi Kantor PAC dan menerobos massa yang sudah tersulut emosi. Namun kericuhan tersebut tidak sampai menjurus pada tindakan anarkistis. Massa pun tetap bertahan dan sebagian meninggalkan kantor PAC dengan kecewa.

233