Home Politik Kehidupan Dunia Jangan Jadi Malapetaka di Akhirat

Kehidupan Dunia Jangan Jadi Malapetaka di Akhirat

Banda Aceh, Gatra.com - Hakikat kehidupan manusia di dunia ini hanyalah sementara, dan bukan menjadi tempat keabadian untuk hidup selamanya.

Meski hidup sementara di dunia, namun konsekuensi dari perbuatan di dunia ini sangatlah berdampak besar bagi kehidupan di akhirat kelak. Baik itu perbuatan amal saleh sebagai bentuk ketaatan kepada Allah maupun perbuatan dosa dan maksiat sebagai bentuk keingkaran kepada Allah.

Jika manusia memanfaatkan dunia dan menyibukkan dengan taat kepada Allah Subhanahu Wata’ala, maka akan memetik hasilnya di akhirat kelak dengan penuh kegembiraan dan kebahagiaan abadi. Sebaliknya, jika menyibukkan dengan syahwat, dosa dan maksiat maka akan merugi serta menderita selamanya di akhirat.

Hal itu disampaikan Ketua Dewan Tanfidziyah Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA) Tgk. H. Muhammad Yusuf A. Wahab saat mengisi pengajian rutin Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) di Masjid Haji Keuchik Leumiek (KL) Gampong Lamseupeung, Banda Aceh, Rabu malam (10/4).

"Intinya yang harus kita sadari, kehidupan manusia di dunia ini sangat singkat, tapi dengan masa hidup yang singkat ini, kita akan mendapat balasan selamanya di akhirat kelak. Apakah selamanya bahagia atau menderita penuh kesengsaraan. Tinggal kita memilihnya saja," ujar ulama yang akrab disapa Tu Sop ini pada pengajian KWPSI yang dipandu Tgk. H. Ridwan Ibrahim, Imuem Chik Masjid Haji Keuchik Leumiek.

Pimpinan Dayah Babussalam Al-Aziziyah Jeunieb, Bireuen ini menambahkan, sebagai manusia yang cerdas, setiap muslim dan mukmin pasti akan memilih kehidupan yang membahagiakan di akhirat kelak. Yakni menyibukkan diri dalam ibadah, bersusah payah dalam beramal saleh dan berbuat berbagai kebaikan untuk bekalnya di akhirat.

Seorang muslim dan mukmin yang sadar pasti tidak akan mau menukar kehidupan dunia yang sementara untuk bersenang-senang dalam memperturutkan hawa nafsunya, yang dampaknya bisa menjadi malapetaka di akhirat.

"Orang-orang yang menyibukkan dunia dengan sesuatu yang akan bermanfaat untuknya kelak di sisi Allah, mereka adalah orang-orang yang beruntung, baik di dunia dan akhirat. Dia beruntung di dunia karena menyibukkan diri dalam amal kebaikan. Demikian pula, dia beruntung di akhirat karena telah membekali diri dengan berbagai amal saleh. Kehidupan dunianya tidak akan memperdaya kepentingan akhiratnya. Malah hidupnya di dunia ini akan menjadi tabungan untuk sukses akhiratnya," jelas Tu Sop yang juga Imam Besar Barisan Muda Ummat (BMU).

Ditegaskannya, bagi orang cerdas hidup adalah perjalanan menuju syurga, bukan hidup sebagai jalan tol ke neraka. Karenanya, semua sisi kehidupannya harus membawa kepentingan agama di depan, bernilai ibadah, menghasilkan kebaikan.

"Beragama dalam semua aspek kehidupan setiap muslim adalah kuncinya, tidak ada yang bebas dari nilai agama dalam hidupnya, memisahkan agama dari kehidupan justru akan menjadi malapetaka. Apakah profesinya seorang pedagang, guru, politisi, aparatur pemerintah, maupun rakyat biasa semuanya harus membawa kepentingan agama dan akhiratnya di depan," jelasnya.

Bagi muslim ada aturan hukum halal haram yang harus dipatuhi dan diikuti sebagai pedoman. Jangan sampai seorang muslim tidak tahu batasan halal haram dalam beragama pada semua aspek kehidupan.

"Jangan kita beribadah dan beragama hanya ketika berada di masjid, tapi di pasar, kantor dan dalam pergaulan sehari-hari tidak membawa nilai agama dan ajaran Islam. Itu sama saja mengabaikan akhirat untuk mengejar dunia sesaat," sebutnya.

Tu Sop juga menyebutkan, beragama dan beramal saleh juga tidak ditentukan saat seseorang sedang beribadah di masjid.

"Tidak selamanya ibadah amal saleh dan ibadah berada di masjid, tapi juga di luar masjid juga dapat beramal saleh. Jika kita berada di masjid dan beribadah hanya untuk pencitraan dan pamer kepada manusia untuk dianggap baik dalam kehidupan dunia bukan semata karena Allah, itu tidak akan bernilai amal saleh. Karena beragama itu bukan untuk pencitraan," pungkasnya.


Teuku Dedi

 

3805