Jakarta, Gatra.com - Presiden Direktur Pertamina EP, Nanang Abdul Manaf menyebutkan, proyeksi energi masih didominasi oleh bahan bakar dari fosil atau migas. Rinciannya, 24% minyak dan 24% gas.
"Jadi peran Migas hampir 50%, masih mengandalkan Migas. Padahal, pemerintah mencanangan pengurangan impor," kata Nanang kepada wartawan, di kawasan Cikini, Jakarta, Kamis (8/8).
Menurutnya, ada hal menarik dari proyeksi lifting minyak. Pada 2017 telah diproyeksikan lifting minyak pada 2019 ini hanya sebesar 600 ribu barel per hari atau Barrels of Oil per Day (BOPD), sementara realisasinya mencapai 727 ribu BOPD.
Selanjutnya, Nanang mengatakan, untuk mengejar produksi pada 2025, mau tidak mau ekplorasi dan recovery kilang yang sudah existing harus terus dilakukan.
"Kondisi hal ini tidak lain bahwa, pertama eksplorasi dan recovery kilang yang sudah ada. Effort kita bagaimana meningkatkan [eksplorasi] melalui teknologi, " jelasnya.
Pasalnya, menurut Nanang, akan berdampak negatif apabila tidak melakukan eksplorasi atau menambah produksi di kilang potensial. Hal ini menimbulkan produksi akan decline sebesar 35% sampai 37%.
"Dengan melakukan reaktivasi, itu juga hanya bisa menahan. Di sini lah untuk bisa meningkatkan produksi eksplorasi di virgin area dan frontier,"katanya.
Apalagi, Nanang menambahkan, dari potensi sumur migas sebesar 60WK, tapi baru 16 kilang yang diproduksi. Sebabnya, selain harus memiliki teknologi yang canggih, juga dibutuhkan keberanian. Menurutnya, regulasi harus mendukung investor.
"Dari sisi investor, regulasi penting. Biasanya kontrak 30 tahun. Jadi jangka waktu butuh kepastian agar dapat profit, hingga waktu tersebut," pungkasnya.