Jakarta, Gatra.com- Kementerian Keuangan memiliki saham sebesar 70% di TubanPetro. Angka ini akan meningkat setelah konversi Multi Years Bond (MYB) tuntas. Pemerintah ditargetkan memiliki 95,9% saham di TubanPetro.
Menurut Direktur Jenderal Kekayaan Negara Kementerian Keuangan, Isa Racwatarwata, kegiatan produksi TubanPetro tidak optimal karena terkendala masalah keuangan. Status TubanPetro yang masih berutang, menghambat produksi. Hal ini karena perusahaan itu tidak memiliki modal untuk menjalankan produksi secara optimal.
"Bahkan sewaktu kita kerja sama dengan Pertamina, Pertamina menggunakan beberapa pabrik di Tuban sana hanya untuk kilang minyak. Ini jauh dari kegunaan yang sesungguhnya dari [beberapa] pabrik tersebut," katanya di JS Luwansa, Jakarta, Kamis (12/9).
Oleh karena itu, saat ini, utang TubanPetro pada negara sebesar Rp3,3 triliun dikonversi berupa saham. Aset ini, akan dimanfaatkan pemerintah secara efektif dan efisien, guna menghasilkan income bagi negara.
"Jadi kalau kita memanfaatkan aset ini dengan benar, artinya bisa memproduksi [beberapa] produk petrokimia. Kita mempunyai potensi penghematan impor sampai Rp5 triliun per tahun," ujarnya.
Bahkan, lanjut Isa, industri petrokimia ini diharapkan meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB). Diharapkan, kontribusi industri petrokimia terhadap PDB bisa meningkat hingga 35%. Selain itu, hal ini juga berdampak pada penyerapan tenaga kerja. Isa menyebutkan, sekitar 14.500 orang akan dipekerjakan secara langsung maupun tidak langsung.
"Dengan ini, beroperasi dengan baik, yang langsung kira-kira sekitar 1.500 orang, tetapi yang tidak langsung ini seperti transportasi, katering, packaging, dan lain-lain. Itu lebih banyak, sekitar 12.500," katanya.
Bahkan, Isa memprediksi, dividen kumulatif yang akan dihasilkan dari beroperasinya TubanPetro ini bisa mencapai US$1,9 miliar. Pemasukan negara melalui pajak TubanPetro juga diharapkan akan bertambah.
"Jadi cukup banyak yang bisa kita peroleh dengan mengaktifkan industri TubanPetro ini. Dari dividen ini, mudah-mudahan kalau suatu saat nanti, atau yang lainnya," tutup Isa.