Home Politik Kocok Ulang Pimpinan DPRD, Politisi Muda Berjaya

Kocok Ulang Pimpinan DPRD, Politisi Muda Berjaya

Pekanbaru, Gatra.com- Ketua DPRD Riau yang baru, Yulisman, resmi dilantik pada Kamis (17/12). Yulisman dilantik bersamaan Wakil Ketua DPRD Riau, Agung Nugroho. Keduanya merupakan politisi muda dan berasal dari Partai Golkar dan Partai Demokrat. Adapun pelantikan tersebut berlangsung setelah gelaran pilkada 2020 tuntas.

Pengamat politik dari Universitas Islam Riau, Panca Setyo Prihatin, mengatakan pelantikan keduanya bisa jadi bagian konsolidasi yang dilakukan kedua parpol pasca Pilkada 2020. "Terlepas pelantikan tersebut dalam koridor aturan main, sesuai undang-undang. Pemilihan figur yang dipercaya jadi pejabat  bisa politis, apalagi jabatan unsur pimpinan DPRD itu strategis secara politik," sebutnya.

Yulisman sendiri menjadi Ketua DPRD menggantikan Indra Gunawan Eet,yang mundur lantaran ikut pilkada Kabupaten Bengkalis 2020. Sementara Agung Nugroho menggantikan Asri Auzar yang berlaga di pilkada Kabupaten Rokan Hilir.

Sambung Panca, indikator konsolidasi itu juga terlihat pada usia masing-masing figur. Yulisman sebagai politisi Partai Golkar berusia 46 tahun, sedangkan Agung berusia 36 tahun.

Dikatakan Panca dari usia tersebut terlihat adanya upaya regenerasi yang coba dilakukan masing-masing partai. Diketahui, Yulisman bukanlah politisi paling senior di fraksi Partai Golkar di DPRD Riau. Pun begitu dengan sosok Agung Nugroho di fraksi Partai Demokrat.

"Kenapa dipilih tidak yang senior, tentu ada pertimbangan politis disana. Terlepas ada bobot-bobot lainya, seperti relasi. Tapi yang jelas regenerasi tersebut dapat diartikan sebagai upaya partai membaca pegeseran politik, terutama corak pemilih untuk 2024," imbuhnya.

Asal tahu saja, sebaran pemilih milenial tergolong besar. Sebagai gambaran, merujuk data KPU, pemilih muda usia 17-30 tahun, jumlahnya sekitar 60 juta orang atau sekitar 31 persen dari total pemilih (Data Pemilih Tetap pada Pemilu 2019). Jumlah yang tergolong besar tersebut menjadikan segmentasi pemilih millenial punya pengaruh signifikan untuk setiap ajang kontestasi.

Lebih lanjut Panca menuturkan, torehan pilkada 2020 merupakan modal politik untuk pemilu 2024. Oleh sebab itu partai politik akan melakukan pembacaan peta politik secara menyeluruh untuk melakukan persiapan.

Adapun Partai Golkar dan Partai Demokrat membukukan capaian yang kurang menggembirakan pada pilkada 2020 di Riau. Keduanya hanya mampu memenangkan dua kontestasi dari 9 gelaran pilkada di Riau.

"Secara wilayah, banyak kawasan yang tidak dimenangkan. Sehingga evaluasi dan konsolidasi menjadi keharusan. Pada pemilu 2024 jumlah pemilih muda akan semakin banyak, kalau perangkulan tidak dilakukan dari sekarang, akan keteteran," tuturnya.

Secara terpisah pengamat komunikasi politik dari Universitas Muhammadiyah Riau, Aidil Haris, mengamini konsolidasi dalam bentuk regenerasi merupakan cara rasional merangkul pemilih pemula.

"Kenapa, karena bahasa pemilih milenial itu berbeda. Maka jika  memaksakan sosok senior dengan pesan-pesan perangkulan gaya lama, itu akan kesulitan. Millenial misalnya suka bicarakan budaya pop, kreatif di media sosial, olahraga. Agar optimal mereka ya sebisa mungkin bahasanya harus sama, atau minimal tidak asing dengan bahasa itu."

Sementara itu Yulisman  mengaku bersyukur lantaran telah diamanahi menjadi Ketua DPRD Riau menggantikan Indra Gunawan Eet yang maju pada Pilkada Bengkalis.

"Ya, kita senantiasa berkoordinasi dengan anggota DPRD Riau dengan melaksanakan rapat-rapat di dewan, menindaklanjuti tugas yang diamanahkan, mudah-mudahan dapat berjalan baik," kata Yulisman.

459

KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR