Home Kesehatan Tindakan Tanpa Sayatan Obati Tiroid, Metode RFA Bisa Jadi Pilihan

Tindakan Tanpa Sayatan Obati Tiroid, Metode RFA Bisa Jadi Pilihan

 

Jakarta, Gatra.com- Penyakit tiroid adalah masalah umum yang menyebabkan ketidakseimbangan hormon tiroid dalam tubuh. Saat ini banyak penderita pembesaran tiroid yang muncul tanpa gejala, sehingga sulit dirasakan oleh pasien.

Sebagian besar bersifat jinak dan tidak membutuhkan pengobatan khusus, namun jika sudah terjadi gejala penekanan atau masalah kosmetik, maka pasien perlu segera mendapat penanganan dokter.

Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Konsultan Diabetes, Endokrin dan Metabolik Bethsaida Hospital dr. Rochsismandoko, Sp.PD, KEMD, FINASIM, FACE mengatakan bahwa saat ini sudah dikembangkan tindakan minimal invasif tanpa operasi untuk menghilangkan pembesaran kelenjar tiroid jinak. Yaitu dengan Radio Frequency Ablation (RFA), Percutaneous Laser (PLA) dan Percutaneous Ethanol Injection Ablation (PEIA).

Nah PEIA digunakan untuk menghilangkan kista tiroid yang berisi cairan. Sedangkan PLA dan RFA untuk pembesaran yang bersifat padat atau solid. “Tergantung tumornya padat atau berbentuk kista. Dengan prosedur RFA untuk tumor jinak tiroid maka benjolan tiroid dapat berkurang antara 47,7% -96,9%,” ungkap dr Rochsis dalam media gathering EVLA dan RFA, Solusi Varises dan Tiroid Masa Kini, Kamis (27/1).

Keuntungan RFA ini, menurutnya adalah dari sisi biaya lebih rendah. Lalu aman dan nyaman karena tanpa sayatan serta hanya anastesi lokal. Selain itu, pemulihan lebih cepat dan komplikasi paska tindakan pun minimal.

“Pada metode ini sebuah elektroda masuk ke dalam leher dengan bimbingan USG sampai mencapai tumor dalam kelenjar tiroid. Lalu dialirkan energi termal yang dibangkitkan melalui generator listrik frekuensi tinggi untuk merusak tumor,” jelas dr Rochsis.

ama tindakan metode yang pertama kali dilakukan di Korea sejak tahun 2006 ini adalah satu jam dan observasi tindakan selama 10 jam hingga 12 jam. “Efek samping yang mungkin dirasakan nyeri, panas atau bengkak dileher yang sebagian besar akan sembuh sendiri tanpa memelurkan obat,” paparnya.

Sebelum melakukan RFA, lanjut dr Rochsis, pasien sebelumnya akan melakukan pemeriksaan fisik, skrining USG leher serta pengambilan contoh darah untuk menilai faktor pembekuan darah, gula darah serta fungsi tiroid. “Untuk menentukan apakah pembesaran kelenjar tiroid jinak atau ganas perlu dilakukan dengan jarum halus,” jelasnya.

Sebagai informasi, kelenjar tiroid adalah organ kecil yang terletak di bagian depan leher, melingkari tenggorokan atau trakea. Bentuknya seperti kupu-kupu, dengan tangkai kecil di tengah dan dua sayap di kanan dan kiri yang memanjang di sekitar sisi tenggorokan.

“Tiroid adalah kelenjar penghasil dua hormon utama, yaitu triiodothyronine (T3) dan thyroxine (T4),” jelas dr Rochsis. Nah gangguan fungsi dapat berupa hipertiroid jika tubuh membuat terlalu banyak hormon tiroid. Sebaliknya jika tubuh  membuat terlalu sedikit hormon tiroid, disebut hipotiroidisme.

“Kedua kondisi ini mempunyai dampak yang serius karena mempengaruhi seluruh metabolisme tubuh. Fungsi hormon tiroid untuk tubuh sangatlah banyak, mulai dari otak, jantung, ginjal, organ reproduksi, liver, saluran cerna, otot dan tulang,” jelas dr Rochsis.

1924