Home Lingkungan Bupati Semarang Belajar Pengelolaan Sampah di Banyumas

Bupati Semarang Belajar Pengelolaan Sampah di Banyumas

Banyumas, Gatra.com – Konsistensi dan Keberhasilan Pemkab Banyumas dalam menangani sampah mendapat perhatian berbagai kalangan. Bupati Semarang, Ngesti Nugraha salah satunya. Ia memimpin langsung kepala OPD terkait, untuk melihat dari dekat cara pengelolaan sampah di Banyumas. 

Bupati Banyumas, Achmad Husein, memaparkan bagaimana Banyumas berhasil menyelesaikan permasalahan sampah dan hampir tanpa TPA. Hal tersebut menurutnya diawali dengan penolakan masyarakat dengan adanya TPA.

Maka Husein lantas memulai dari pembangunan tempat pengelolaan sampah terpadu (TPST), kemudian pembelian mesin pirolisis pemusnah sampah, kerja sama dengan pengelola refuse derived-fuel (RDF) hingga tempat pembuangan akhir berbasis lingkungan dan edukasi (TPA BLE) yang ada di Desa Wlahar Wetan Kecamatan Kalibagor.

Bupati Achmad Husein juga mengajak tamunya menuju salah satu TPST yaitu TPST Kedungrandu yang dikelola oleh Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Randu Makmur. Di lokasi ini terlihat sejumlah aktivitas. Di antaranya pemilahan sampah yang dilakukan para pekerja. Disini juga ada budidaya magot dengan pakan sampah organik yang masuk ke TPST setempat.

Sementara di sisi kanan, ada mesin pirolisis sebagai mesin pemusnah sampah. Mesin tersebut sudah memenuhi standar Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) karena pembakaran dengan suhu di atas 800 derajat Celcus.

Saat ini TPST Gunung Tugel Kedungrandu selalu ada beberapa aktivitas pengelolaan sampah untuk mengurus masalah sampah domestik. Dari sampah mulai datang, kemudian dipilah antara sampah organik, anorganik dan residu.

“Kalau sampah organik dapat diproses menjadi pakan magot, karena di TPST sini ada budidaya magot. Kemudian jika anorganik dapat dicacah untuk disetorkan ke RDF dan residu bisa dimusnahkan melalui mesin pirolisis yang ada di sini sejak akhir 2020,” kata Husein.

Dia juga menjelaskan, khusus untuk mesin pirolisis langsung ditangani oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Banyumas. Dinas menempatkan para petugas di sini untuk menangani secara khusus pembakaran residu. Residu-residu yang dibakar itu menghasilkan abu, karena proses pembakarannya mencapai suhu antara 800-900 derajat Celsius.

Bupati Banyumas menjelaskan pembelian mesin pirolisis tersebut merupakan bagian dari komitmen Pemkab Banyumas dalam mengelola sampah. Termasuk membangun hanggar-hanggar untuk TPST. Sampai sekarang, pemkab telah membangun 25 TPST yang tersebar di sejumlah kecamatan.

Kunjungan dilanjutkan di TPA BLE yang lokasinya berada di Desa Wlahar Wetan, Kecamatan Kalibagor. Luasan lahan untuk TPA BLE mencapai 3,5 hektare (ha). Bangunan ini dikonsep berwawasan lingkungan dan edukasi.

TPA BLE berbeda konsepnya dengan TPST, karena TPA BLE tidak hanya fokus pada 3 R (Reduce, Reuse, Recycle), melainkan juga akan dilengkapi dengan kolam renang, pabrik biji plastik, kolam dan fasilitas lainnya.

Husein menjelaskan TPA BLE ini adalah tempat pemrosesan akhir sampah berbasis lingkungan dan edukasi karena nanti di sana itu komplit penanganan sampah yang dilakukan. Di sana ada budidaya magot, kemudian ada pabrik plastik, ada kolam lele, bahkan da kolam renangnya, ini yang tidak ada di TPA yang lain

Sementara, Bupati Semarang Ngesti Nugraha ketika diminta pendapatnya tentang penanganan sampah di Banyumas hanya mengacungkan kedua ibu jarinya sambil berucap luar biasa. Ia akan memulai untuk penanganan sampah di Kabupaten Semarang yang saat ini seharinya ada sekitar 190 truk sampah.

1312