Makassar, Gatra.com - Produksi garam di Sulawesi Selatan (Sulsel) pada triwulan III tahun 2022 mencapai titik terendah, hanya 1.283,41 ton saja. Penerapan teknologi kepada para petani dan upaya mendorong konsumsi garam lokal harus menjadi fokus.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sulsel Muhammad Ilyas menilai menurunnya produksi garam disebabkan oleh beberapa faktor, seperti cuaca yang tidak menentu dan pasang surut air laut.
Selain itu, rendahnya konsumsi masyarakat akan garam lokal yang membuat penjualan garam menurun. Hal itu, kata Ilyas, membuat para patani perlahan meninggalkan profesi sebagai petani garam.
Sebab itu, Pemprov Sulsel tengah menyusun Rancangan Peraturan Gubernur (Ranpergub) mengenai pengelolaan pergaraman di wilayahnya. Tujuannya untuk mencapai kembali produksi garam yang amat tinggi pada 2019 lalu.
Ilyas menjelaskan, Ranpergub tersebut akan fokus ke beberapa poin, antara lain, mendorong produktivitas garam, meningkatkan kualitas, menjaga kesinambungan produksi, dan membentuk kelembagaan usaha.
"Kita lagi buat Ranpergub dari hulu ke hilir, dari produksi sampai bagaimana hilirisasi pasarnya. Karena kalau kita dorong produksi tapi pasar tidak menarik, petani juga tidak mau mengembangkan. Semoga di Pergub nanti semua poin bisa berjalan," ujar Ilyas, Selasa (22/11).
Pihaknya juga akan segera membangun pelbagai kawasan pusat garam terutama di lima wilayah penghasil garam, yaitu Kabupaten Jeneponto, Takalar, Pangkep, Maros, dan Selayar. Di wilayah tersebut akan dimasukkan berbagai teknologi produksi sampai teknologi prosessing.
Pengembangan Rumah Prisma dan penerapan sistem tunnel di area tambak kawasan pusat garam akan diterapkan guna menghindari ancaman gagal produksi karena cuaca buruk dan pasang surut air laut.
Teknologi ini pula yang belum banyak digunakan para petani Sulsel sehingga produksinya selama ini tidak maksimal.
"Kita juga harapkan supaya garam kita bisa diolah menjadi industri garam farmasi, makanya kita akan mulai tingkatkan produksi. Tapi intinya, garam bisa dikonsumsi dulu oleh masyarakat Sulsel sendiri. Kita akan buat aturan supaya masyarakat senantiasa pakai garam lokal," tuturnya.
Ia menjelaskan produksi garam di wilayahnya pada 2019 lalu sempat mengalami kenaikan fantastis, namun perlahan mulai turun di tahun-tahun berikutnya hingga mencapai produksi terendah pada tahun ini.
Pada 2018, total produksi garam Sulsel mencapai 86.712 ton, yang kemudian mengalami lonjakan di tahun selanjutnya mencapai 140.338 ton. Namun pada 2020 produksi garam mulai turun drastis menjadi 45.310 ton saja, kemudian pada 2021 total produksi hanya 1.500 ton.