Jakarta, Gatra.com – Asmara Abigail dan Adin Ibrahim berkolaborasi membuat karya desain kreatif lampu. Bentuknya seperti selubung cerobong kecil. Salah satu sisinya terbuka dan di bagian ini terpasang satu buah plat. Di baliknya lagi ada bola lampu yang memancarkan cahaya dari dalam. Pada saat dinyalakan, cahaya lampu itu memantul pada setiap dinding selubung sehingga mengeluarkan sensasi optik seperti bintang-bintang atau galaksi.
“La Luce di Asmara yang berarti Cahaya Asmara dalam Bahasa Italia adalah hasil peleburan rancangan Adin dengan warna ungu pilihan Asmara yang menjadi inspirasi sebagai lambang gairah kehidupan dan kebebasan berekspresi,” seperti tertulis dalam keterangan yang diberikan Asmara Abigail kepada Gatra, Jumat (8/9).
Baca Juga: Percakapan dengan Ruang Maria Taniguchi di Pameran Soft Doubles
La Luce di Asmara awalnya lahir dari kecintaan Adin tentang kejenakaan dan gaya tahun 1970-an post-modernisme Italia yang abadi. Pada periode itu Italia sangat berjaya dengan rancangan mereka yang eksperimental dan rebellious.
Lampu ini merupakan karya Handmade dan dibuat dengan kesadaran lingkungan. La Luce di Asmara terbuat dari limbah serbuk gergaji dengan memadukan garis-garis post-modernisme Italia dengan palet warna-warni bernuansa ungu lembut yang mencerminkan feminitas yang dipadukan dengan eskpresi penuh gairah. Rancangan ini mewujud dalam tiga jenis model yaitu: La Piccola Asmara – 305x160x285 mm, La Media Asmara – 305x160x315 mm, La Grande Asmara – 305x160x415 mm.
Adin dan Asmara bertemu untuk pertama kalinya saat sarapan di apartemen Adin di Milan, yang berlokasi di Via Murat pada bulan September 2017. Pada pertemuan tersebut, secara spontan mereka langsung bersinergi untuk selalu mendukung satu sama lain sepanjang perjalanan karier dan pertemanan mereka. Hingga kemudian perjalanan itu membawa mereka pada bulan September 2023 ini dimana mereka memutuskan untuk berkolaborasi dalam karya desain kreatif.
Adin Ibrahim yang lahir di Surabaya adalah seorang perancang interior dan seorang arsitek. Ia lulus dengan gelar master dari Politecnico Milano; universitas design no. 6 terbaik di dunia yang menghasilkan arsitek-arsitek genius di abad 20, yaitu; Renzo Piano, Franco Albini, Achille Castiglioni, Franca Helg, Ernest Nathan Rogers, dan Aldo Rossi. Adin sekarang bekerja di Jakarta dengan personal portfolio yang bisa dilihat di @punaka.id dan @jenara.design.
Baca Juga: Amazing Putri Ariani, Lolos ke Final AGT, Juri: Mungkin Begini Malaikat Ketika Bernyanyi!
Perjalanan kreatif Adin dilakukan dengan terus berkreasi dan berinovasi secara desain melalui internalisasi diri dan rajutan hubungannya dengan alam semesta. Lalu, kepekaannya terhadap keberadaan manusia dia jadikan sebagai salah satu inspirasinya dalam berkarya. Adin juga mengajar sebagai dosen di Program Studi Desain Interior dengan menjunjung tinggi keyakinan kebebasan bereksplorasi dan berekspresi sebagai bentuk vital dari evolusi proses kreatif.
Adapun Asmara Abigail adalah artis yang aktif sejak 2015. Asmara tumbuh di Jakarta dan sejak kecil terobsesi dengan film dan fesyen. Asmara mendapatkan gelar masternya dalam bisnis fesyen di Milan, dan bekerja secara profesional sebagai aktris di industri film. Pada bidang ini Asmara mendapatkan banyak penghargaan, di antaranya Macao International Film Festival & Awards 2019 dan penerima Variety Magazine Asian Stars: Up Next bersama dengan tujuh aktor dan aktris lainnya di seluruh Asia.
Pada Desember 2022, Asmara memenangi Penjor Award for Southeast Asian Feature Best Actress ketika berperan sebagai Zahara dalam Stone Turtle yang disutradarai oleh Woo Ming Jin di Bali Makarya Film Festival 2022 dengan Benjamin Illos—pemrogram di Cannes Quinzaine des Réalisateurs sebagai salah satu juri. Asmara juga diketahui memiliki minat terhadap seni rupa dan tari. Kolaborasi kali ini dengan Adin boleh jadi membawanya ke bidang desain kreatif dan membuatnya semakin mengeksplorasi kesenian lintas sektoral.