Jakarta, Gatra.com - Seniman asal Yogyakarta, Khadir Supartini, memamerkan karya-karya terbarunya yang menggunakan medium batik. Meski disebut batik, karya Khadir tidak seperti “batik” dalam pikiran masyarakat awam.
Dalam pameran tunggal bertema “Pasar, People, Portraits” ini, Khadir juga menghadirkan imajinasi “potraits” dalam karya-karya lukisan batik yang dibawanya ke kawasan SCBD, Jakarta.
Sesuai dengan namanya, lukisan-lukisan batik karya Khadir menggunakan medium kain, teknik lukisnya pun menggunakan canting dan lilin parafin. Tapi, teknik pewarnaannya jauh berbeda dengan batik yang dikenal masyarakat luas.
Dalam setiap lukisan batik yang dipamerkan, warna yang ditampilkan bukan hanya meriah dan bercorak. Jika dilihat lebih dekat, warna-warna yang ada terlihat tumpang tindih, membentuk lapisan atau layer yang warna individualnya masih terpampang jelas meski sebagian tentu ada yang tercampur jadi satu warna baru.
“Nah, itu karena saya di kanvas kan ber-layer kan. Saya gak puas dengan satu warna nanti saya tambahin lagi. Kayak cokelat di bawah ini, ada warna hijau, saya kaget juga,” ucap Khadir Supartini saat menjelaskan karyanya yang berjudul “Face 5” di Pita Showroom, Sequis Tower, Kawasan SCBD Sudirman, Rabu (15/11).
Khadir mengaku, warna hijau yang muncul di bawah lukisannya bukanlah hal yang ia prediksi. Sesuai dengan teknik batik, semua warna yang digunakan untuk lukisan ini merupakan pewarna alami. Khadir pun menjelaskan sedikit mengenai pembuatan lukisan-lukisan batiknya.
Kain yang awalnya putih, dipenuhi guratan-guratan kuas dengan lilin parafin yang kemudian membentuk corak-corak abstrak. Setelah lilin mengeras, kain-kain ini pun dilorot dan direbus ke pewarna. Setelah kain kering, Khadir melukis lagi dengan parafin untuk membentuk corak-corak baru.
Jika dilihat dengan saksama, ada detail-detail yang corak dan warnanya unik. Misalnya, garis-garis tipis pada kotak-kotak di bagian menyerupai mata. Untuk mendapatkan corak-corak ini, Khadir mengatakan perlu menggunakan canting. Khadir mengaku butuh waktu sekitar satu pekan untuk menghasilkan satu lukisan batik.
“Ini tuh imajinasi kepala, kayak rubrik, gitu. Jadi, kayak rubrik, tapi kepala, bisa misah, ganti-ganti. Makanya saya kotak-kotak gitu kan,” kata Khadir menjelaskan sedikit mengenai lukisannya.
Untuk mendapatkan esensi potrait dalam beberapa karya Khadir, pengunjung memang perlu mengambil beberapa langkah ke belakang. Misalnya, pada karya “Face 5” ini. Unsur potraits atau bentuk wajah yang paling mudah dilihat adalah bentuk menyerupai mata dan guratan yang membentuk tengkorak.
Namun, di samping kanan dan di bagian bawah, terdapat seperti kerangka-kerangka bangunan yang familiar untuk kawasan SCBD. Khadir mengatakan, kedua elemen tersebut hanya aksen.
Karya-karya batik ini lahir dari kebiasaan Khadir untuk terus mencoba medium baru, bukan sengaja dibuat khusus untuk pameran tunggalnya di Pita Showroom yang berlokasi di tengah gedung-gedung perkantoran Sudirman.
“Karya batik ini sebenarnya terbaru. benar-benar baru berapa bulan [bukan sengaja diciptakan untuk pameran kali ini]. Makanya, kan kadang alam bawah sadar itu, gimana ya, kebawa,” kata Khadir.