Nusa Dua, Gatra.com - Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM), Teten Masduki menekankan pentingnya kerja sama antara Indonesia dengan Korea Selatan (Korsel) untuk mengembangkan start-up di Tanah Air.
"Kita harus mampu memanfaatkan kerja sama dengan Korea, mengingat perkembangan start-up di Korea sudah sangat pesat, dan bisa dijadikan acuan untuk perkembangan ekosistem start-up di Indonesia," kata Teten Masduki saat memberikan sambutan dalam Korea-Indonesia Startup (KOIN) Assesment Workshop di Nusa Dua, Bali, Selasa (21/11).
Menurutnya, KOIN menjadi ajang bagi Indonesia dan Korea untuk mewujudkan komitmen dalam membina dan memperkuat ekosistem start-up di masing-masing negara. Salah satu tujuan dari KOIN adalah memetakan sekaligus mengidentifikasi peran penting para stakeholder mulai dari pemerintah, swasta, akademisi, hingga investor dalam memainkan masing-masing peranan untuk memecahkan berbagai permasalahan.
"Dengan mengidentifikasi peran-peran ini, kita dapat menciptakan ekosistem yang mampu mendorong inovasi, sekaligus memberikan dukungan dalam menciptakan pertumbuhan start-up secara berkelanjutan," ucapnya.
Sebelumnya, Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) telah menjalin kerja sama dengan Korean Development Institute (KDI) melalui Knowledge Sharing Program dengan tujuan berbagi wawasan, pengalaman, dan pengetahuan terkait program kebijakan dan inovasi di Korea untuk diimplementasikan pada ekosistem start-up Indonesia.
"Ini menunjukkan bahwa kedua negara memiliki tujuan yang sama dalam mengembangkan ekosistem start-up di masing-masing negara," jelasnya.
Teten juga mengajak para pelaku start-up di Indonesia untuk mengambil kesempatan belajar satu sama lain, memaksimalkan potensi yang dimiliki, serta secara kolektif mengatasi tantangan yang dihadapi dalam mencapai kesuksesan.
Direktur Utama Smesco Indonesia, Leonard Theosabrata mengungkapkan bahwa KOIN akan menjajaki peluang kolaborasi antara Indonesia dan Korea. Khususnya dalam menumbuhkan start-up dan UMKM yang selama ini memainkan peran penting dalam ekonomi nasional.
"KOIN juga menjadi media untuk berdiskusi dan kolaborasi dalam mengembangkan start-up melalui inovasi teknologi," ujar Leonard.
Menurutnya, ekosistem start-up tidak dapat berdiri sendiri-sendiri, melainkan harus tercipta dari sebuah sinergi dan perpaduan antara usaha, sumber daya berkualitas, dan ide kreatif.
Untuk itu, Leonard mengungkapkan, dalam acara ini terdapat dua sesi panel yang akan membahas secara spesifik topik-topik penting dalam mengembangkan kesuksesan UMKM pada kedua negara (Indonesia dan Korea).
"Tujuannya agar mampu menghasilkan rekomendasi dalam meningkatkan kolaborasi antara Indonesia dengan Korea dalam mengembangkan ekosistem start-up, sekaligus berkontribusi dalam mencapai Sustainable Development Goals (SGDs) bagi kedua negara," tutur Leonard.
Director of Korea Development Institute, Dong Chul Cho mengatakan bahaa KOIN diharapkan mampu melahirkan kebijakan-kebijakan yang berdampak langsung pada start-up.
"Inovasi menjadi elemen mendasar untuk mendesain kebijakan yang efektif dalam menumbuhkan perkembangan start-up maupun UMKM yang merupakan sektor krusial di sebuah negara," kata Dong Chul.
Menurutnya, UMKM sangat penting bagi perekonomian negara. Bahkan ia menuturkan UMKM di negaranya mampu menyumbang lebih dari setengah nilai PDB Nasional.
"Lebih dari 80% lapangan pekerjaan di Korea disediakan oleh UMKM, dan saya yakin ekonomi Indonesia bisa lebih besar dari Korea," ujar Dong Chul.
Ia juga meyakini, ke depan akan banyak start-up yang saat ini sedang merintis berkembang menjadi perusahaan besar. Ia mencontohkan Google, Tesla, Samsung, hingga Hyundai, yang ia yakini juga tumbuh dari UMKM sebelum menjadi pemain dunia seperti sekarang.
"Saya yakin, suatu saat nanti perusahaan besar dunia bisa tumbuh dan berasal dari Indonesia," ucapnya.