Home Lingkungan Program Transisi Energi Jokowi Jalan di Tempat, Pakar UGM: Siapa pun Presiden Barunya Harus Dilanjutkan

Program Transisi Energi Jokowi Jalan di Tempat, Pakar UGM: Siapa pun Presiden Barunya Harus Dilanjutkan

Yogyakarta, Gatra.com - Pakar ekonomi energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi menilai program transisi energi Presiden Joko Widodo jalan di tempat. Program alih energi dari pemakaian energi fosil ke energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan belum mencapai target.

"Target bauran energi baru terbarukan (EBT) sebesar 23 persen pada 2025 sulit dicapai lantaran pada akhir 2023 masih mencapai 12,8 persen. Target pada 2030 sebesar 44 persen tampaknya masih jauh panggang dari api," kata Fahmy, Minggu (14/1) malam.

Menurutnya, PT Pertamina dan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) sudah melakukan berbagai upaya agar program transisi energi berhasil. "Namun hasilnya masih sangat minim, bahkan beberapa upaya tersebut mengalami kegagalan," tandasnya.

Sejak berapa tahun lalu, menurut dia, Pertamina telah mengusahakan bio-diesel yang merupakan percampuran solar dengan minyak sawit. Upaya ini dimulai dengan B-20 meningkat ke B-35, naik menjadi B-40.

Namum setelah itu, Fahmy menyebut, program ini berhenti lantaran Eni, mitra usaha dari Italia, menghentikan kerja sama dengan Pertamina.

"Pengembangan bio-diesel selain tidak dapat dicapai, program EBT berbasis sawit juga berpotensi bertabrakan dengan program pangan untuk menghasilkan minyak goreng," kata dia.

Fahmy menjelaskan, kondisi serupa juga dialami program gasifikasi Pertamina yang mengolah batu bara menjadi gas. Menurutnya, program ini mengalami kegagalan setelah partner usaha dari Amerika Serikat hengkang dari Indonesia.

Ia menyatakan program PLN dalam pengembangan EBT relatif berhasil, seperti telah menyelesaikan 28 pembangkit EBT baru. PLN juga mengembangkan program dedieselisasi dengan membangun jaringan transmisi dan jaringan distribusi, selain program pengembangan hidrogen hijau pada 2023.

Selain itu terdapat proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Cirata dengan kapasitas 192 megawatt peak (MWp). "Namun, program pensiun dini PLTU batu bara belum diselesaikan lantaran kesulitan penyediaan dana," imbuh Fahmy.

Kendati program transisi energi Jokowi masih jalan di tempat, siapa pun presiden terpilih yang menggantikan Jokowi, Fahmy menegaskan program transisi energi harus dilanjutkan dan diakselerasi.

"Target yang harus dicapai dalam program transisi energi itu adalah pencapaian Net-Zero Emission pada 2060," ujarnya.

55

KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR