Gaza, Gatra.com - Ketua Hamas, Ismail Haniyeh menegaskan kembali tuntutan kelompok tersebut untuk melakukan gencatan senjata total di Gaza, pada Sabtu (17/2).
AFP, Sabtu (17/2) melaporkan, pernyataan diungkapkan sehari setelah Presiden AS Joe Biden menyerukan “gencatan senjata sementara ” untuk menjamin pembebasan sandera.
Perundingan tingkat tinggi untuk menghentikan perang Israel-Hamas di Gaza diadakan minggu, ini di Kairo. Namun hasilnya masih belum jelas.
Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada hari Sabtu, Haniyeh yang berbasis di Qatar menegaskan kembali beberapa tuntutan kelompok tersebut, termasuk diakhirinya pertempuran di Gaza.
“Perlawanan tidak akan menyetujui apa pun selain gencatan senjata, penarikan tentara pendudukan dari Jalur Gaza, pencabutan blokade yang menindas, dan menyediakan tempat perlindungan yang aman bagi para pengungsi,” katanya.
Haniyeh bersikeras agar mereka yang mengungsi dari utara dikembalikan ke wilayah mereka di wilayah tersebut. Dia juga menyerukan pembebasan tahanan Hamas yang dijatuhi hukuman penjara lama di Israel.
Pada hari Jumat Biden menyerukan gencatan senjata sementara di Gaza untuk mengeluarkan sandera dari wilayah Palestina, berdasarkan kesepakatan potensial yang menukar mereka dengan tahanan yang ditahan di Israel.
“Saya sangat yakin akan hal ini – bahwa harus ada gencatan senjata sementara untuk mengeluarkan para tahanan, untuk mengeluarkan para sandera,” kata Biden dari Gedung Putih.
Dia menambahkan bahwa dia telah mengadakan pembicaraan “ekstensif” dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengenai hal ini dan negosiasi sedang “berlangsung.”
Netanyahu sebelumnya menolak apa yang disebutnya sebagai “tuntutan aneh” Hamas.
Awal pekan ini direktur CIA William Burns bergabung dalam pembicaraan di Kairo dengan David Barnea, kepala dinas intelijen Mossad Israel. Pembicaraan ini dimediasi oleh Mesir dan Qatar.
Keluarga sandera Israel yang ditahan di Gaza telah meningkatkan tekanan pada Netanyahu, agar mencapai kesepakatan untuk menjamin pembebasan tawanan.
Selama serangan tanggal 7 Oktober oleh militan Hamas terhadap Israel, sekitar 250 sandera dibawa ke Jalur Gaza, dan sekitar 130 di antaranya masih ditahan di sana, menurut para pejabat Israel.
Tiga puluh dari mereka diyakini tewas, sementara lebih dari 100 orang telah dibebaskan dalam gencatan senjata satu minggu yang berakhir pada tanggal 1 Desember.
Tiga sandera secara tidak sengaja dibunuh oleh tentara Israel pada bulan Desember, sementara beberapa telah diselamatkan dalam operasi militer.
Serangan tanggal 7 Oktober itu sendiri mengakibatkan kematian sekitar 1.160 orang di Israel, sebagian besar warga sipil, menurut penghitungan AFP berdasarkan angka-angka Israel.
Dalam serangan militer Israel yang tiada henti sejak saat itu di Gaza, setidaknya 28.858 orang telah terbunuh, sebagian besar dari mereka adalah wanita dan anak-anak, menurut kementerian kesehatan wilayah tersebut.