Jakarta, Gatra.com - Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki mendorong kualitas produk kerajinan kulit, seperti sepatu, tas, jaket, dan sebagainya, khas Garut bisa sejajar dengan produk kulit asal Virenze, Italia.
"Karena, kiblat mode kulit itu ada di Italia, dan kita bisa meniru dan mengarah ke sana," ungkap Teten dalam keterangan resmi pada Ahad (18/2) usai meresmikan Rumah Produksi Bersama (RPB) di jalan Guntur, Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut, Sabtu (17/2) lalu.
Ia mengakui, meski kerajinan kulit Garut sudah berusia lebih dari 100 tahun, atau sama dengan usia kerajinan kulit Italia, namun secara kualitas dan brand masih jauh tertinggal. "Di negara Barat, mereka selalu mengembangkan permesinan sebagai alat produksi, sedangkan di kita tidak pernah mengembangkan atau memodernisasi alat produksi produk, khususnya produk kulit," paparnya.
Ia berharap RPB ini bisa menjadi pusat untuk pengembangan ekosistem kulit di Kabupaten Garut, sehingga produk kulit Garut bisa terkenal di mancanegara dan brand kulit Garut bisa naik kelas.
Ia juga mengakui, isu utama produk-produk UMKM adalah soal kualitas, hingga tidak bisa bersaing dengan produk pabrikan dan luar negeri. "Cara produksi UMKM itu masih sederhana. Dengan adanya alat-alat produksi modern di RPB, diharapkan produk UMKM semakin berkualitas," kata Menteri Teten.
Dengan adanya RPB, MenKopUKM berharap kualitas produk kulit asal Garut bisa terus tumbuh sesuai dengan keinginan dan tuntutan pasar dunia. "Dengan adanya RPB, produk hilirnya sudah harus berkelas dunia," kata Teten.
Apalagi, kata Teten, RPB bukan sekadar menyediakan alat produksi belaka, tapi juga sebagai Co-Working Space. Sebuah tempat untuk belajar bersama, bertukar informasi, hingga ajang inovasi produk. RPB juga menjadi tempat pengembangan desain produk.
"Kita harus pahami tren produk kulit dunia dan perilaku konsumen. RPB harus menjadi Center of Excellence," kata MenKopUKM.
Oleh karena itu, MenKopUKM berharap RPB harus dikelola dengan baik. Di dalamnya diperlukan keahlian manajerial industri. Selain itu, RPB tidak boleh mati secara bisnis, melainkan harus berkelanjutan dan dikelola dengan baik.
"Pengelolaannya harus disiapkan dengan baik, harus running well, tidak mangkrak. Nah, koperasi sebagai pengelola yang harus memikirkan itu, yaitu Koperasi Cinta Carma Bella," ucapnya.