Home Internasional Kanselir Jerman ke Cina: Persaingan Boleh, Tapi Harus Adil

Kanselir Jerman ke Cina: Persaingan Boleh, Tapi Harus Adil

Chongqing, Gatra.com - Kanselir Jerman Olaf Scholz dalam kunjungannya ke Cina membawa pesan perlunya pasar yang terbuka dan adil diantara Cina dan Uni Eropa. Politisi asal Partai Sosial Demokrat ini memperingatkan Cina terhadap praktek-praktek dumping (menjual dengan harga murah di pasar ekspor) juga produksi yang berlebihan. Disisi lain, mantan Walikota Hamburg ini meminta Uni Eropa tidak bersikap proteksionis.

Kunjungan tiga hari kanselir Jerman ke Cina itu didampingi tiga orang menteri federal lingkungan hidup, pertanian dan transportasi, dan sebuah delegasi korporat yang terdiri dari para eksekutif perusahaan-perusahaan Jerman termasuk Siemens, Mercedes dan BMW, demikian dilaporkan oleh lembaga penyiaran pemerintah China Central Television.
"Pada suatu saat nanti akan ada juga mobil-mobil Cina di Jerman dan Eropa. Satu-satunya hal yang harus selalu jelas adalah bahwa persaingan harus adil," kata Scholz kepada para mahasiswa di Universitas Tongji di Shanghai seperti dilaporkan Reuters, Senin (15/4).

"Dengan kata lain, tidak ada dumping, tidak ada produksi yang berlebihan, dan hak cipta tidak dilanggar," ujar Scholz, seraya menambahkan bahwa penting bagi perusahaan-perusahaan untuk membangun fasilitas produksi di dalam negeri tanpa rintangan birokrasi.

Sinyal Abaikain De-Risking?

Ini merupakan kunjungan pertama Scholz ke Cina sejak pemerintahnya meluncurkan strategi "de-risking" tahun lalu untuk menghindari keterikatan Jerman yang terlalu dekat dengan negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia tersebut.

Scholz adalah pemimpin negara besar Barat pertama yang mengunjungi Tiongkok tahun ini, sehingga kunjungan yang sedang berlangsung ini menunjukkan bahwa seruan "de-risking" yang diprakarsai oleh Washington, yang juga didorong oleh beberapa elemen garis keras Uni Eropa, akan "dikesampingkan" karena kerja sama yang ada dan negara-negara Eropa berusaha untuk mempertahankan kemandirian kebijakan, kata para pengamat seperti dikutip laman Global Times.

Pendahulunya Angela Merkel terkenal condong untuk membangun kerjasama lebih dekat dengan Cina. Scholz -wakil kanselir Jerman di era Angela Merkel- tampaknya kembali meneruskan kebijakan pendahulunya.

Kunjungan kali kedua sejak menjadi Kanselir Jerman ini, Scholz ditemani oleh para petinggi perusahaan-perusahaan Jerman, sebuah perjalanan yang menurut para pengamat dan perwakilan bisnis mirip "era Merkel" - sebuah sinyal positif yang menggarisbawahi bahwa negara Eropa ini aktif untuk membangun dan memperluas kerja sama pragmatis dengan Cina meskipun ada gangguan dari pihak luar.

Mendinginkan Potensi Perang Dagang Hijau

Kunjungan ini dilakukan di tengah-tengah perubahan kompleks baru-baru ini dalam hubungan Cina-Uni Eropa setelah Brussels meningkatkan ketegangan perdagangan dengan Beijing atas industri energi baru. Diharapkan perjalanan Scholz dapat membantu mengatasi keretakan tersebut dan mengecilkan risiko "perang dagang hijau", menawarkan keseimbangan terhadap suara-suara anti-China di dalam blok Uni Eropa yang akan menavigasi hubungan China-Uni Eropa ke jalur yang lebih sehat dan stabil.

Cina diperkirakan akan menekan Berlin untuk tidak mendukung ancaman Uni Eropa terhadap mobil-mobil Cina, peralatan pembangkit listrik tenaga surya dan angin.

Selama kunjungan tiga hari yang dimulai pada hari Minggu, Scholz akan menuju ke Shanghai dan Beijing setelah Chongqing, portal berita France 24 melaporkan. Ini adalah salah satu kunjungan bilateral terpanjangnya sejak menjabat pada tahun 2021.

Selama kunjungan Scholz ke Cina, Presiden Xi Jinping akan bertemu dengannya, dan Perdana Menteri Li Qiang akan mengadakan pembicaraan dengannya, bertukar pandangan mengenai hubungan bilateral dan isu-isu yang menjadi kepentingan bersama.

 

95