Home Liputan Haji Jabal Rumat dan Pengantin Baru yang Dimandikan Malaikat

Jabal Rumat dan Pengantin Baru yang Dimandikan Malaikat

Madinah, Gatra.com- Pagi yang cerah, cahaya Matahari belum genit mencubiti punggung Gunung Uhud yang hitam kemerahan. Jabal Rumat (Bukit Pemanah) yang terpisah dari rangkaian Uhud, kukuh dengan warna cokelat tuanya, Jumat, 24/05. Pada jam 07.00 waktu Saudi, 1442 tahun yang lalu Nabi Muhammad SAW menata 50 pasukan pemanah menantikan datangnya bala tentara Quraish yang menyerbu Madinah tiga jam kemudian.

Bala tentara Qurais pada posisi menghadap Matahari. Sedangkan tentara Islam, termasuk para pemanah memunggungi Sang Surya. Pagi itu kami bersama Prof. Aswadi Syuhadak berziarah ke makam syuhada Uhud. "Di belakang kita adalah makam syuhada di perang Uhud. Saat itu ada banyak kelompok, ada kelompok yang mempengaruhi jangan ikut perang, jangan ikut perang. Sampai 300 orang mundur dari bergabung. Namun tidak semua mundur. Baginda rasul menempatkan sahabat yang ahli memanah di posisi teratas (Jabal Rumat). Kafir Qurais awalnya kalah," kata Aswadi.

"Mereka meninggalkan perbekalan. Umat Islam terkecoh, turun mengambil perbekalan itu (ghanimah, pampasan perang). Kemudian Khalid bin wWlid mengambil alih posisi yang semula ditempati umat Islam. Di sinilah kemudian ada kaum Aus (Anshar) merasa kehilangan strategi dan merasa kalah. Baginda Rasul mengingatkan bahwa orang yang beriman akan ditolong para Malaikat," ungkapnya.

"Di makam syuhada salah satunya Hamzah sebagai paman nabi. Nabi sangat bersedih. Allah mengingatkan lewat akhir ayat An Nahl agar Nabi tidak bersedih," katanya.

Melihat medan tempurnya yang panas dan keras menurut Aswadi saat itu sangat krusial. "Karena orang-orang Qurais sangat bersemangat untuk mengusir Nabi. Bersemangat membunuh Nabi bersama sahabatnya. Orang kafir ingin mematahkan perjuangan umat Islam," katanya.

Nabi sempat terluka. "Ini menunjukkan bahwa menegakkan syariat Islam itu butuh perjuangan. Sampai titik darah penghabisan. Baginda rasul ikut berperang sampai-sampai giginya retak berdarah. Nabi kemudian memerintahkan agar umat Islam kembali mengambil posisi sebagaimana diperintahkan," katanya.

Abdullah bin Jahsyi

Pemakaman syuhada Uhud terbagi menjadi dua. Di sebelah barat ada dua makam yaitu makam Sayidina Hamzah dan Abdullah bin Jahsyi. Jika Hamzah paman Nabi SAW, Abudullah adalah ipar beliau. Abdullah digambarkan sebagai orang yang "tidak tinggi atau pendek dan memiliki banyak rambut (berewokan)". Zainab binti Jahsyi saudara perempuannya adalah istri Nabi SAW.

Suatu hari Nabi Muhammad mengutus Abdullah Bin Jahsyi ke Nakhla di pada bulan Rajab 2 H (Oktober 623). Dia bersama tujuh Muhajirin lainnya dan enam ekor unta. Nabi memberikan surat kepada Abdullah, dengan instruksi untuk tidak membacanya sampai dia telah melakukan perjalanan selama dua hari.

Setelah Abdullah berjalan selama dua hari, dia membuka surat itu. Dia diperintahkan untuk melanjutkan perjalanan sampai ia mencapai Nakhlah, antara Makkah dan Thaif di wilayah Hijaz, menunggu kaum Quraisy dan mengamati apa yang mereka lakukan. Ketika kafilah Quraisy melewati Nakhlah, Abdullah mendesak para sahabatnya untuk menyerang para pedagang meskipun faktanya saat itu masih bulan suci Rajab, dimana pertempuran dilarang.

Dalam pertempuran tersebut, seorang saudagar Quraisy tewas dan dua orang lainnya ditangkap, beserta seluruh barang dagangannya. Nabi Muhammad tidak menyetujui tindakan Abdullah, dengan mengatakan, "Saya tidak memerintahkanmu untuk berperang di bulan suci."

Kemudian turun wahyu: Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan haram. Katakanlah: Berperang pada bulan haram itu adalah dosa besar; tetapi (menghalangi) manusia dari jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk) masjid Al Haram dan mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih besar dosanya di sisi Allah. (Al Baqarah 217).

Abdullah termasuk di antara mereka yang berperang di Perang Badar pada Ramadhan 2 Hijriah. Dia juga terlibat dalam Perang Uhud dan wafat (syahid) dalam pertempuran itu. Dalam pertempuran Uhud, Abdullaah melindungi Nabi SAW dengan berbagai cara. Termasuk membentengi Nabi SAW dari hujan panah dengan tubuhnya.

Pengantin Baru yang Dimandikan Malaikat

Jika di barat ada makam Hamzah bin Abdul Muthalib dan Abdullah bin Jahsyi, maka di selah timur ada makam 68 syuhada Uhud. Diantaranya Hanzhalah bin Abi Amir. Hanzhalah bin Abi Amir wafat 3 H, 23 Maret 625 M. Dia adalah sahabat Nabi Muhammad dari Bani Aus, kaum Anshar yang gugur dalam Pertempuran Uhud pada tahun 625, dan mempunyai putra Abdullah bin Hanzhalah dilahirkan setelah kematian ayahnya.

Diceritakan bahwa sahabat Hanzhalah menjelang perang Uhud terjadi, malamnya ia menikah dengan Jamilah binti Abdullah bin Ubay. Dia meminta izin kepada Nabi Muhammad untuk bermalam dengan istrinya dan diizinkan.

Pagi menjelang panggilan berperang terdengar Hanzhalah, ia bergegas bangun dan segera baju perangnya dan lupa mandi. Ia berangkat berperang dan larut dalam dahsyatnya pertempuran Uhud. Bahkan ia menerobos pasukan kafir menebas kaki kuda Abu Sufyan, sehingga pimpinan Quraisy itu jatuh. Tapi saat itu Abu Sufyan berteriak minta tolong dan Hanzhalah pun dikeroyok hingga wafat dalam keadaan luka parah.

Saat perang usai, dan ketika jenazah Hanzhalah diangkat, dari rambutnya menetes air. Para sahabat heran dan menyampaikan kepada Nabi. Nabi mengirim utusan kepada istri Hanzhalah, Jamilah binti Abdullah dan ia berkata bahwa Hanzhalah berangkat ke medan perang dalam keadaan junub. Dan dikabarkan oleh Nabi bahwa Hanzhalah dimandikan malaikat sehingga digelari, dia yang dimandikan malaikat

Kesan Peziarah

Ratusan peziarah menaiki punggung Jabal Rumat, Jumat pagi itu. Laki-laki maupun perempuan, tua atau muda nampak bersemangat menapaki jejak perjuangan Sang Nabi akhir zaman. Dari Jabal Rumat memandang ke timur akan nampak masjid Sayid Asy Syuhada di selatan dan di utaranya makam 70 syuhada Uhud.

Memandang ke barat nampak tanah datar membentang luas yang menjadi arena pertempuran. Sebagian besar telah menjadi bangunan seperti jalan dan fasilitas umum lainnya. Di bagian yang masih berupa tanah ketika rombongan merpati serentak terbang, debu mengepul menguar di udara. Itu baru kepakan merpati, bisa dibayangkan ketika dua pasukan bertemu di tanah itu.

Syarifuddin, salah satu peziarah asal Dumai, Riau mengaku sangat terharu bisa datang berziarah menapaktilasi jejak pertempuran Uhud. Dia sangat terkesan dengan medan tempur yang keras. "Melihat jejak perjuangan Nabi SAW, menunjukkan bahwa apa yang kita lakukan adalah sangat kecil," katanya sembari menjentikan jarinya.

Hal yang sama disampaikan Jahara, jemaah dari Bima, Nusa Tenggara Barat. Meskipun sudah sepuh Jahara berusaha naik ke Jabal Rumat. Langkahnya terhenti ketika jemaah lainnya memanggilnya untuk segera kemabali. "Saya sangat terharu," katanya dengan mata berkaca-kaca.

247