Home Politik LKPI: Tingkat Keterpiliah Tri Ardhianto Teratas

LKPI: Tingkat Keterpiliah Tri Ardhianto Teratas

Jakarta, Gatra.com – Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Pemilu Indonesia (LKPI), Tobu Lubis, mengatakan, akseptabilitas mantan Wali Kota Bekasi, Tri Adhianto Tjahyono, bertengger paling atas dibandingkan nama-nama tokoh lainnya.

Tobu pada Rabu (29/5), menyampaikan, tingkat akseptabilitas atau penerimaan warga Kota Bekasi terhadap Tri Adhianto sebanyak 87,8%. Ini merupakan hasil survei yang dilakukan LKPI terhadap sejumlah nama yang muncul di media daring dan disebut-sebut layak untuk maju dalam Pilkada Kota Bekasi.

Adapun sejumlah nama yang beredar, lanjut dia, yakni Tri Adhianto, Ade Puspitasari, Heri Koswara, Gus Sholihin, Novel Saleh Hilabi, Mochtar Mohamad, dan Sigit Purnomo alias Pasha Ungu.

Sedangkan di posisi selanjutnya untuk tingkat akseptabilitas, yakni Heri Koswara 51,7%, Ade Puspitasari 50,9%, Sigit Purnomo 45,9%, Mochtar Mohamad 40,2%, Gus Sholihin 28,9%, dan Novel Saleh Hilabi 26,4%.

Lebih lanjut Togu menyampaikan, demikian juga untuk tingkat popularitas, Tri Adhianto yang baru menyelesaikan masa jabatannya berada di posisi teratas, yakni 88,2%. Selanjutnya, Ade Puspitasari 56,2%, Heri Koswara 54,2%, Sigit Purnomo 50,2%, Mochtar Mohamad 47,2%, Gus Sholihin 30,2%, dan Novel Saleh Hilabi 28,6%.

Menurut dia, tingginya popularitas Tri Adhianto ini sangat wajar karena selain mantan Wali kota, kinerjanya cukup baik, di antaranya dalam menangani pandemi Covid-19 beberapa waktu lalu.

Demikian juga untuk tingkat elektabilitas, nama Tri Adhianto kembali tertinggi dalam simulasi terbuka maupun tertutup yang ditanyakan kepada responden.

Dalam simulasi terbuka, angka elektabilitas Tri Adhianto sebesar 27,1%, Heri Koswara 12,2%, Ade Puspitasari 10,3%, Sigit Purnomo 8,1%, dan Mochtar Mohamad 4,8%. Sedangkan nama-nama lainnya jika ditotal sebesar 17,2% dan sebanyak 20,3% responden tidak menjawab.

“Dalam simulasi ?tertutup, Tri Adhianto tetap menjadi tokoh yang paling tinggi tingkat keterpilihan dengan dipilih sebanyak 39,4%,” katanya.

Sedangkan nama-nama lainnya, yakni Heri Koswara 20,2%, Ade Puspitasari 10,8%, Sigit Purnomo 8,3%, Mochtar Mohamad 5,1%, Gus Sholihin 3,1%, Novel Saleh Hilabi 2,6%, dan yang tidak memilih atau menjawab sebanyak 10,5%.

Togu menyampaikan, bersasarkan hasil survei ini, ada sejumlah harapan yang disampaikan warga Kota Bekasi terhadap kandidat wali kota dan wakil wali kota jika terpilih untuk memimpin kota ini selama 5 tahun ke depan.

Sebanyak 78,8% responden mengharapkan pemimpin Kota Bekasi nanti harus mampu menstabilkan harga sembako, sayur mayur, dan berbagai kebutuhan dapur lainnya.

Sebanyak 89,3% mengharapkan agar mampu membuka lebih banyak lapangan kerja untuk warga Kota Bekasi. Ini didasarkan keluhan mayoritas masyarakat Kota Bekasi yang anak-anaknya sulit mendapet kerja.

“Sebanyak 87,6% berharap program pendidikan gratis dan sebanyak 88,3% berharap fasilitas kesehatan gratis,” katanya.

Togu menjelaskan, LKPI melakukan survei pada 3–14 Mei 2024 melibatkan 1.800 responden warga Kota Bekasi yang masuk dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) pada Pemilu 2024 . “Penarikan sample yang diuji LKPI mengunakan metode multistage random sampling,” ujarnya.

Penarikan sampel tersebut dilakukan secara proposional di 56 kelurahan di Kota Bekasi. Hasil survei ini memiliki Margin of Error 2,3% dengan tingkat kepercayaan 95%.

Sementara itu, pengamat politik dari FISIP Universitas Pamulang (Unpam), Yusak Farchan, kepada wartawan menyampaikan, tingginya elektabilitas Tri Arhianto adalah wajar. Dia berpeluang memenangkan Pilwakot Bekasi jika mampu mengonversi popularitas menjadi elektabilitas. 

Menurutnya, untuk memenangkan kontestasi, Tri Adhianto juga harus meningkatkan angka elektabilitasnya menjadi 50% sebelum KPU Kota Bekasi membuka pendaftaran bakal calon wali kota dan wakilnya.

Ia menyampaikan, modal dasar elektabilitas 39,4 % belum tentu menjamin kemenangan karena masih banyak variabel yang harus diurai, termasuk siapa calon wakil wali kota yang akan diambil. 

“[Elektabilitas] harus digenjot lagi mengingat durasi kampanye yang cukup pendek, hanya sekitar dua bulan‎,” katanya.

Selain itu, lanjut dia, peta politik akan bergerak dinamis 6 bulan ke depan. Pergerakan suara juga akan berjalan dinamis sesuai kerja-kerja politik para kandidat, sehingga Tri harus lebih rajin lagi turun ke grass root dengan membawa isu-isu populis lokal .

"Seperti infrastruktur kota, transportasi publik, lapangan pekerjaan khususnya bagi gen Z dan milenial, evaluasi BUMD, dan pendidikan yang layak,” katanya.

57