Makkah, Gatra.com- Kami petugas haji Daerah Kerja Madinah melakukan perjalanan ke Makkah, 3/6. Sepanjang perjalanan kurang lebih 450 kilometer kami disuguhi pemandangan padang gurun dengan batuan tua. Batuan itu lapuk oleh sinar Matahari secara alami selama jutaan tahun. Kondisi yang terawetkan iklim gurun itu nyaris tidak menghasilkan tanah dari pembusukan vegetasi yang mengaburkan jejak geologi. Nah, bagaimana lanscape Arab Saudi terbentuk?
Ketika Matahari berusia antara 10 hingga 50 juta tahun, sekelilingnya masih diselimuti debu bakal planet. Sebagaimana penelitian Michael Meyer, debu yang mengorbit itu terbagi menjadi panas, hangat, dan dingin. Debu di zona hangat itu kemudian menggumpal sedemikian rupa, lahirlah Bumi. Pada zona yang lebih panas melahirkan Merkurius dan Venus. Pada zona dingin menghasilkan planet-planet gas.
Partikel awan debu sekitar Matahari menyatu ke dalam menjadi planet-planet kecil yang kemudian mengumpul membentuk mikroplanet yang mirip asteroid modern. Energi dari tabrakan antara mikroplanet yang lebih besar, menghasilkan sejumlah besar panas. Bumi dan planet-planet lain pasti pada awalnya berwujud cair.
Besi cair yang lebih berat tenggelam ke bawah untuk menjadi inti, sementara unsur-unsur ringan berangsur-angsur naik ke permukaan. Paling ringan dari semua unsur menjadi kerak sebagai semacam "sampah" di permukaan. Ada juga pelepasan gas dari molekul yang mudah menguap seperti air, metana, amonia, hidrogen, nitrogen, dan karbon dioksida. Hujan turun membentuk sebuah lautan 4,3 hingga 4,4 milyar tahun yang lalu.
Sejak awal planet ini terbentuk, inti bumi meskipun panas tetapi keras karena terpadatkan tarikan gravitasi. Inti diselimuti lapisan kental yang disebut sebagai selimut bumi (astenosfer). Astenosfer memiliki temperatur mencapai ribuan derajat Celsius. Di atas astenosfer mengambang kerak bumi. Kerak bumi terbagi menjadi dua, masing-masing kerak samudera (permukaan lautan), dan kerak benua (permukaan daratan). Kerak yang mengapung di atas astenosfer disebut litosfer.
Di bawah tekanan yang tinggi, semua batuan di atas astenosfer dapat bergerak. Litosfer itu terdiri dari lempeng-lempeng yang besar dan lempeng yang kecil yang terapung di atas astenosfer. Lempeng itu bisa berupa lempeng samudra, atau pun lempeng benua. Lempeng benua memiliki ketebalan hingga 50 kilometer. Lempeng Samudera lebih tipis, memiliki ketebalan antara 10-12 kilometer.
Ada enam lempeng besar, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Amerika Utara, Lempeng Amerika Selatan, Lempeng Afrika, Lempeng Pasifik, dan Lempeng Indo-Australia. Lempeng-lempeng tersebut bergerak di dalam bola bumi yang bulat, maka terjadilan gerakan lempeng yang saling mendekat dan saling menjauh.
Lempeng-lempeng bumi yang bergerak mengambang di atas cairan kental dan panas tersebut memiliki kecepatan 1 centimeter sampai 13 centimeter setiap tahunnya dengan arah tertentu untuk setiap lempengnya. Teori Pergeseran Benua (kontinentalverschiebung) itu pertama kali di sampaikan Alfred Lothar Wegener (1880-1930), seorang ahli geofisika Jerman yang pada 1912 mengemukakan teori tersebut.
Alfred Wegener pertama memikirkan gagasan ini dengan memperhatikan benua yang berbeda dari Bumi yang hampir cocok bersama seperti sebuah jigsaw. Kontur pantai Amerika Selatan sebelah timur cocok dengan patai Afrika Barat dan Eropa. Demikian juga Antartika, Australia, India dan Madagaskar pas dengan pantai Afrika Selatan. Dia pun bergegas menyampaikan hipotesis tentang Pergeseran Benua itu pada 6 Januari 1912.
Wegener mengajukan kepada publik teori Pergeseran Benua, dengan alasan bahwa semua benua pernah bergabung menjadi satu daratan tunggal kemudian terfragmentasi dan terpisah. Dia menduga penyebabnya gaya sentrifugal rotasi bumi (Polflucht). Pada 1915, dalam Asal Usul Benua dan Lautan (Die Entstehung und der Kontinente Ozeane), Wegener menerbitkan teori bahwa pernah ada sebuah benua raksasa, ia bernama "Urkontinent" (Asal Benua), atau dalam bahasa Yunani "Pangea" yang berarti seluruh daratan.
Dalam karyanya, Wegener menyajikan sejumlah besar bukti-bukti untuk mendukung pergeseran benua, tetapi dia kesulitan menjelaskan bagaimana mekanisme pergeseran itu. Jadi, meskipun idenya menarik, hipotesis itu pada umumnya ditanggapi dengan skeptis. Setelah 20 tahun sejak kematiannya, baru diperoleh bukti yang kokoh.
Sejak itu, teori Alfred Wegener dengan cepat diakui sebagai pendiri salah satu revolusi ilmiah utama dari abad ke-20. Namanya pun diabadikan untuk kawah Wegener di Bulan, dan kawah Wegener di Mars, serta asteroid 29227 Wegener. Menurutnya, 300 juta tahun lalu di bumi ini hanya ada satu super benua bernama Pangea. Benua itu kemudian perlahan-lahan pecah menjadi Laurasia dan Gondwana.
Sekitar 65 juta tahun lalu, Laurasia pecah lagi menjadi Amerika Utara dan Euroasia. Amerika Selatan saat itu juga menjauh dari Afrika Selatan. Selanjutnya, antara 10 juta dan 20 juta tahun silam Amerika Utara dan Amerika Selatan menyatu, Benua India menyatu dengan Euroasia, dan Australia terpisah dari Antartika. Bagaimana dengan lempeng Arabia?
Secara geologis kawasan Arabia lebih tepat disebut anak benua Arabia karena terletak di lempeng tektonik sendiri, yaitu Lempeng Arabia. Lempeng itu bergerak dari timur laut Afrika ke utara. Daratan yang pecah membentuk Laut Merah, dan membentur lempeng Eurasia (Europa-Asia) yang menyebabkan daratan menggeliat membentuk rangkaian pegunungan Zagros di Iran.
Semula, Lempeng Arabia merupakan bagian dari pelat Afrika. Lempeng yang dijuluki sebagai Tanduk Afrika itu melekat pada era Fanerozoikum (Palaeozoikum-Kenozoikum), 545 juta – 65 juta tahun silam. Kemudian Tanduk Afrika itu patah menyempal dengan membentuk Laut Merah, dimulai pada era Eosen, 55,8 juta - 33,9 juta tahun silam. Dan benar-benar berpisah dari Afrika pada era Oligosen, 34 juta – 23 juta tahun silam.
Perceraian itu tidak lepas dari pergerakan dengan arah dan kecepatan yang berbeda. Tanduk Afrika itu bergerak ke utara dengan kecepatan 4,65 centimeter per tahun. Sedangkan lempeng Afrika bergerak ke timur laut dengan kecepatan 2,15 centimeter per tahun. Sejak itu Tanduk Afrika yang patah itu perlahan-lahan menuju Lempeng Eurasia. Gerakan itu menutup samudera Thetys, patahannya berubah menjadi Laut Merah, dan pertemuannya dengan Eurasia mendongkrak daratan membentuk pegunungan Zagros tadi.
Batuan tertua di Lempeng Arabia memanjang sepanjang pantai timur Laut Merah. Batuan tertua itu dikenal sebagai Perisai Arabia. Sedangkan batuan tertua lainnya di sepanjang pantai barat Laut Merah, yang dikenal sebagai perisai Nubian. Ke arah teluk Persia, batuan itu berangsur-angsur semakin muda karena tertindih sedimentasi. Daerah-daerah di sepanjang batuan tertua itu terkenal dengan tambang emasnya, seperti di Sukhaybarat, Jabal Sayid, Mahh Adh Dhahab, Al Hajar, dan lain-lain.