Jakarta, Gatra.com - Transformasi digital telah menjadi pendorong utama perubahan di berbagai sektor kehidupan, termasuk dalam memperkuat komitmen kebangsaan. Hal ini disampaikan Mochammad Nursalim dalam Seminar Kebangsaan dengan tema “Gerakan Nasional Pemuda Sebagai Penggerak Transformasi Digital Untuk Memperkuat Komitmen Kebangsaan: Tantangan, Peluang, dan Rekonstruksi Pendidikan di Revolusi Industri 5.0”, di Kampus Universitas Negeri Surabaya (UNESA).
Selain pembicara, Mochammad Nursalim juga membawakan makalah berjudul “Transformasi Digital Untuk Memperkuat Komitmen Kebangsaan,” tampil pula, Marcellus Hakeng Jayawibawa, sebagai narasumber yang juga merupakan alumni Lemhannas serta pengamat maritim dari Ikatan Keluarga Besar Alumni Lemhannas Strategic Center (ISC), yang dalam kesempatan tersebut membawakan makalah berjudul “Peran Pemuda Dalam Transformasi Digital di Era Revolusi Industri 5.0 Untuk Memperkuat Komitmen Kebangsaan”.
Selanjutnya, Nursalim yang juga Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan dari UNESA menegaskan bahwa di era digital, teknologi informasi dan komunikasi memainkan peran sentral dalam memajukan negara melalui peningkatan efisiensi, transparansi, dan partisipasi publik. Ia menekankan bahwa transformasi ini bukan hanya tentang adopsi teknologi baru, tetapi juga tentang perubahan cara berpikir dan berperilaku yang memperkuat rasa kebangsaan dan identitas nasional.
Nursalim menambahkan bahwa dalam konteks pendidikan, transformasi digital membuka peluang untuk pembelajaran jarak jauh yang lebih inklusif dan merata. Bersamaan pula ia mengingatkan bahwa transformasi digital membawa tantangan yang harus diatasi untuk memastikan penguatan komitmen kebangsaan. Salah satu tantangan utama adalah kesenjangan digital, di mana tidak semua wilayah atau individu memiliki akses yang sama terhadap teknologi dan internet.
"Pemerintah perlu memastikan bahwa infrastruktur digital tersedia dan dapat diakses oleh seluruh masyarakat, termasuk di daerah terpencil dan marginal," tegasnya dalam keterangan yang diterima, Minggu (9/6/2024).
Sementara itu pembicara lainnya, yakni Ketua Bidang Penataan Jaringan dan Distribusi Kader Pengurus Pusat Pemuda Katolik, Capt. Marcellus Hakeng Jayawibawa, menegaskan bahwa pemuda memiliki keunggulan kompetitif dalam adaptasi dan inovasi teknologi. Dalam era Revolusi Industri 5.0, pemuda Indonesia sering mempelopori startup yang menawarkan solusi inovatif untuk berbagai masalah sosial dan ekonomi.
“Dengan partisipasi aktif dalam komunitas teknologi dan jaringan profesional, pemuda berperan penting dalam membentuk ekosistem digital yang inklusif dan dinamis, termasuk melalui peran mereka dalam inkubator dan akselerator teknologi,” ujar Hakeng.
Dari itu, menurutnya, partisipasi pemuda dalam program pelatihan dan edukasi sangat penting untuk meningkatkan literasi digital di kalangan masyarakat luas, termasuk kelompok rentan yang mungkin tertinggal dalam transformasi digital. “Maka komitmen kebangsaan diperkuat melalui pemberdayaan ekonomi lokal dengan pemanfaatan teknologi untuk mendukung usaha kecil dan menengah (UKM) serta ekonomi kreatif, yang dapat memperkuat ekonomi lokal dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” ujar Hakeng.
Ditambahkan oleh pengamat maritim dari ISC ini bahwa peningkatan kualitas pendidikan melalui integrasi teknologi juga harus memberikan akses yang lebih luas dan kualitas pendidikan yang lebih baik. “Hal ini membantu menciptakan generasi muda yang cerdas dan berdaya saing. Sehingga teknologi dapat digunakan untuk mempromosikan dan melestarikan budaya lokal melalui platform digital, termasuk konten multimedia, aplikasi pembelajaran budaya, dan inisiatif digital lainnya, yang memperkuat identitas nasional dan membangun solidaritas di antara masyarakat,” kata Hakeng.
Bersamaan dengan hal tersebut Marcellus Hakeng memaparkan bahwa Indonesia memiliki potensi besar dalam sektor ekonomi digital. “Sehingga pemuda dapat memainkan peran penting dalam mengembangkan ekonomi digital yang inklusif dan berkelanjutan. Melalui inovasi dan kewirausahaan, mereka dapat menciptakan lapangan kerja baru, mendukung usaha kecil dan menengah, serta mendorong pertumbuhan ekonomi,” terangnya.
Dengan begitu pemerintah, saran Hakeng, harus mendukung inisiatif ini dengan kebijakan yang memfasilitasi ekosistem startup, memberikan insentif bagi inovator muda, dan mempromosikan kolaborasi antara sektor publik dan swasta. “Sehinga semakin jelas partisipasi aktif pemuda dalam tata kelola dan demokrasi digital juga sangat penting,” ucap Hakeng.
Ditambahkan olehnya bahwa pemuda juga memiliki peran penting dalam mengatasi tantangan sosial melalui teknologi. Mereka dapat mengembangkan solusi inovatif untuk masalah-masalah seperti kemiskinan, pendidikan, dan kesehatan. Misalnya, aplikasi pendidikan yang dapat diakses secara luas dapat membantu meningkatkan literasi di daerah-daerah terpencil.
Lebih lanjut, Hakeng menjelaskan bahwa menuju tahun 2045, Indonesia harus mempersiapkan diri untuk menjadi negara yang berdaya saing di tingkat global. Pemuda adalah kunci untuk mencapai tujuan ini.
“Dengan dukungan yang tepat, mereka dapat menjadi pemimpin dalam inovasi teknologi, memperkuat komitmen kebangsaan, dan menciptakan masyarakat yang inklusif. Kebijakan yang mendukung dan kolaborasi lintas sektor akan memastikan bahwa manfaat transformasi digital dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat,” tegas Capt. Hakeng.