Arafah, Gatra.com- Arsyad Hidayat, Direktur Bina Haji memantau langsung pelaksanaan pemberangkatan murur (melintas) di Muzdalifah sebagai pengganti mabit (bermalam), 15/6. Skema murur ini sangat diminati lansia dan risiko tinggi (risti). Sore itu sedikitnya 120 jamaah dari SOC 62 siap mengikuti murur.
Sujak, 85 tahun, mengaku mengikuti murur karena usia. Begitu dibuka pendaftarannya diapun langsung mendaftar. “Karena lansia,” katanya. Sujak merasa terbantu dengan skema murur.
"Kita bicara tentang kesediaan tempat. Karena Muzdalifah itu dengan tambahan kuota 20 ribu ditambah tempat di Mina Jadid tidak digunakan lagi maka skema ini mau tak mau harus kita gunakan untuk melindungi jemaah," katanya.
"Saya kira kalau bahasanya untuk melindungi jemaah. Jadi bahasa agamanya, bahasa fiqihnya hifdzun nafs, melindungi jiwa. Saya kira kalau sudah melindungi, hukum jiwa akan ikut," lanjutnya.
“Kita lihat mereka yang ikut jemaah yang sudah uzur, risti (risiko tinggi), disabilitas, layak mereka murur,” ungkapnya.
Yang menjadi pertanyaan mungkin mereka terpisah. Istrinya daftar murur, suaminya tidak. "Tidak ada yang perlu ditakutkan. Nanti semua di Mina ketemu. Karena masih dalam satu maktab," ungkapnya.
“Mestinya, kalau misalnya istri pakai kursi roda suami ikutlah,” katanya.
Arsyad optimistis kuota 55 ribu murur bakal terpenuhi. "Karena semula ingin ikut safari wukuf berpindah ke murur. Saya kira ini akan maslahat bagi jemaah," tutupnya.