Home Liputan Haji Tahallul Gundul Ala Rasulullah, Pada Siapa Nabi SAW Menyerahkan Telinganya?

Tahallul Gundul Ala Rasulullah, Pada Siapa Nabi SAW Menyerahkan Telinganya?

Makkah, Gatra.com– Hari ini, Ahad, 16/6, jemaah haji melontar jumrah di Jamarat –lokasi lontar jumrah–. Tim Media Center Haji (MCH) Madinah memutuskan melontar di waktu duha sekitar pukul 09.00. Waktu ini sebenarnya tidak disarankan karena akan berbarengan dengan jemaah dari Afrika dan Turki yang berbadan gede. Sehingga jemaah Indonesia bisa tergencet jika tidak hati-hati.

Ahad pagi memang jemaah berjubel dari segala penjuru, namun masih terkendali. Dari maktab di Mina yang berjarak 7 kilometer berbondong-bondong jemaah haji hendak melontar. Kami tinggal di hotel Makkah, hanya berjarak 1,5 kilometer. Yaitu setelah melewati terowongan Mina yang panjangnya sekitar 600 meter, jamarat sudah terlihat di depan mata.

Usai melempar jumrah aqabah, jemaah bertahallul (bercukur). Ada yang membawa alat cukur sendiri, dan hasi cukurannya bikin bocel-bocel di kepala (plentas). Kalau mau aman kudu  antre di barbershop sekitar jamarat. Tempat itu khusus untuk laki-laki menggunduli rambutnya. Tidak ada contoh model rambut ala tampilan zoom meeting yang dipajang di barbershop seperti di tempat cukur Indonesia.

Ada ratusan tukang cukur yang bekerja di Jamarat. Tarifnya antara 20 riyal hingga 30 riyal. Prosedurnya tidak ribet. Ambil antrean, bayar di depan, bawa kertas antrean ke lantai atas yang ber-AC sayup-sayup, duduk dan cukur. Semua selesai dalam 5 menit.

Mencukur rambut atau bertahalul hukumnya wajib bagi jemaah haji yang telah selesai melontar jumrah aqabah. Apakah wajib botak? Sebenarnya tidak juga. Tapi jamaah haji laki-laki rata-rata memilih membabat habis rambut mereka sesuai yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW. Begini ceritanya.

Sejarah tahallul ternama yaitu kisah saat Rasulullah SAW menunaikan haji wada’ (perpisahan). Karena rambut beliau masih tersimpan hingga sekarang di berbagai negeri. Salah satunya di Abu Dhabi, ibu kota Uni Emirat Arab, sebuah keluarga keturunan suku Khasraj dari Anshar Madinah al Munawwarah menyimpan koleksi rambut Rasulullah SAW.

Rambut Nabi SAW lainnya tersimpan di Masjid Rambut Nabi yang juga dikenal sebagai Jame Mu Mobarak sebuah masjid di dekat Kabul Bazaar, di kota Kandahar, Afghanistan. Masjid ini dibangun pada abad ke-19 oleh Kohendil Khan. Sebuah kanal melintasi halaman masjid yang teduh dilengkapi dengan rumah peristirahatan musafir. Rambut Nabi SAW disimpan di kapel samping masjid dalam sarung emas di dalam peti.

Di Indonesia penyanyi Aunur Rofiq Lil Firdaus (Opick) mengaku mendapat sehelai rambut Rasulullah SAW dari pemerintah Turki dan Dewan Ulama Thariqah Internasional yang mempercayainya untuk menyimpan. Opick menyimpan rambut itu di di Rumah Umat Tombo Ati, Pulo Gebang, Jakarta Timur.

Menurut riwayat, Nabi SAW memiliki dua ‘tukang cukur’ yaitu Kharish bin Umayah dan Muammar bin Abdullah. Kharish mencukur Nabi SAW saat di Hudaibiyah (10,4 kilometer dari Mekah). Sedangkan Muammar mencukur Nabi SAW saat Haji Wada’ (Perpisahan). Karena tiga bulan setelah haji ini Nabi SAW wafat.

Haji Wada dimulai pada Sabtu, 25 Dzulqa'dah 10 Hijriah atau 22 Februari 632 Masehi. Pada hari itu, Nabi Muhammad SAW bertolak dari Madinah bersama 140.000 umat Islam, termasuk istri-istrinya. Berangkat selepas dzuhur tiba di lembah Dzul Hulaifah -sekarang Bir Ali-, 7 kilometer selepas Masjid Nabawi, sebelum Ashar. Nabi SAW bermalam dan meneruskan perjalanan selepas dzuhur esok harinya.

Beliau meneruskan perjalanan mendekati Mekah dan singgah di Dzu Thuwa’. Kemudian memasuki Makkah selepas shalat subuh dan mandi pagi, 4 Dzulhijjah. Perjalanan Madinah-Makkah -437 kilometer- ditempuh 8 hari dengan kecepatan sedang. Begitu masuk masjidil Haram beliau langsung thawaf dan sai antara Shafa dan Marwah tanpa bertahallul, sebab beliau berniat menjalankan haji qiran -berihram untuk umrah sekaligus juga untuk haji.

Pada 8 Dzuhijah (hari tarwiyah) beliau bertolak ke Mina dan shalat lima waktu di sana. Setelah matahari terbit beliau bertolak ke bukit Arafah. Setelah matahari tergelincir, beliau menaiki unta Al Qashwa, sesampai di padang Arafah menyampaikan khotbah dan melaksanakan wukuf. Ketika senja mulai menghilang beliau bertolak ke Muzdalifah dengan memboncengkan Usamah bin Zaid pergi ke Masy’aril Haram hingga fajar menyingsing.

Masya'ir adalah jamak dari kata al-masy'ar yang artinya tempat-tempat yang disyariatkan Allah SWT untuk mengerjakan ibadah haji. Disebut juga sebagai masya'ir al muqaddasah, yaitu tempat-tempat yang disucikan. Masya'ir ini terbagi menajdi 2, yaitu masya'ir di dalam kawasan tanah Haram, meliputi Masjidil Haram dan sekitarnya, Muzdalifah, Mina dan Jamarat. Masya'ir kedua di luar kawasan tanah Haram yaitu Arafah.

Dari Muzdalifah beliau ke Mina sebelum Matahari terbit dengan memboncengkan Al-Fadhl bin Abbas hingga tiba di Mahsar. Kemudian ke tempat jumrah Aqabah (jumrah pertama). Beliau melempar tujuh butir kerikil sambil bertakbir setiap kali lemparan. Kemudian beranjak ke tempat penyembelihan kurban dan menyembelih 63 ekor unta dengan tangan sendiri. Kemudian menyerahkan ke Ali bin Abu Thalib untuk menyembelih 37 ekor unta.

Selama menjalankan haji, Rasulullah dilayani Muammar bin Abdullah. Muammar menjadi seorang muslim pada tahun-tahun pertama Islam. Dia ikut berhijrah (migrasi) ke Abyssinia dengan karavan kedua. Setelah beberapa saat, dia kembali ke Makkah. Dia sedikit terlambat untuk hijrah ke Madinah.

Muammar diberi tugas menyusun keranjang di atas unta Rasulullah. Suatu ketika, keranjang mulai bergoyang di jalan karena tidak diikat dengan benar. Nabi bersabda, “Muammar! Tampak bagiku tali keranjang ini lepas.” Muammar berkata, "Ya Rasulullah! Saya mengikatnya erat-erat seperti biasa. Mungkin, seseorang yang iri dengan kehormatan saya melayani Anda melepaskannya!"

Rasulullah tersenyum dan berkata: "Muammar! Tenang saja. Saya tidak akan menunjuk siapa pun untuk menggantikanmu." Usai menyembelih kurban, Rasulullah tahallul, meminta Muammar untuk mencukurnya.

Sahabat ini merasa beruntung mendapat kehormatan mencukur rambut Rasulullah SAW. Saat menyiapkan pisau cukurnya, Rasulullah berkata dengan nada bercanda: “Muammar! Rasulullah telah menyerahkan daun telinganya kepadamu.”

Muammar sangat gembira. Dia berkata: "Ya Rasulullah! Suatu berkah dan anugerah Allah yang besar untuk mendapatkan kehormatan mencukur rambutmu.” "Mulailah dari sebelah kanan, dan gundullah," perintah Nabi pada Muammar. Muammar memotong habis rambut sebahu Nabi SAW sebelah kanan. Nabi SAW membagikan rambut itu kepada sahabat yang berada di sekitarnya.

Kemudian Muammar mencukur kepala sebelah kiri, kemudian Nabi SAW berkata: "Apakah di sini ada Abu Thalhah?" Lalu beliau menyerahkan rambut tersebut kepada Abu Thalhah Al Anshari. Abu Thalhah mengumpulkan rambut tersebut dan membawanya kepada istrinya, Ummu Sulaim (Rumaisha binti Malhan dan memintanya untuk menjaga rambut berkah itu dengan hati-hati.

Dari keturunan Ummu Sulaim inilah rupanya rambut Sang Nabi bertebaran ke berbagai penjuru dunia. Mungkin termasuk satu helai di tangan Opick.

127