Paris, Gatra.com – Presiden Prancis Emmanuel Macron menolak pengunduran diri perdana menterinya, pada hari Senin (8/9), saat ia berusaha keras untuk menjaga kredibilitas Prancis, pasca pertaruhan pemilu dadakannya yang gagal memecahkan kebuntuan politik.
AFP melaporkan, Selasa (9/7), Front Populer Baru (NFP) yang berhaluan kiri memenangkan kursi terbanyak dalam putaran kedua pemungutan suara parlemen hari Minggu, mengalahkan kubu tengah Macron dan kubu sayap kanan Marine Le Pen, partai National Rally (RN).
Tidak ada kelompok yang memegang mayoritas suara langsung dan tidak ada kandidat yang jelas untuk perdana menteri yang muncul.
Banyak orang di Prancis merasa lega dengan hasil tersebut. Itu tampak ketika kerumunan orang bersorak berkumpul di Paris untuk merayakannya.
Namun pembicaraan yang berpotensi memecah belah mengenai pembentukan pemerintahan, baru saja dimulai, tiga minggu sebelum Paris menjadi tuan rumah Olimpiade.
Perdana Menteri Gabriel Attal mengajukan pengunduran dirinya kepada Macron, namun ia diminta untuk tetap berkuasa dalam kapasitas sementara untuk menyelesaikan Olimpiade - dan meyakinkan masyarakat internasional dan pasar bahwa Prancis masih memiliki pemerintahan.
Kantor Macron mengatakan dia berterima kasih kepada Attal karena memimpin aliansi sentris dalam pemilihan Eropa dan legislatif, dan memintanya tetap tinggal untuk sementara waktu guna memastikan stabilitas negara.
Sebagai tanda keprihatinan mengenai dampak keuangan dari krisis politik di ekonomi terbesar kedua di Uni Eropa, kelompok pemimpin bisnis Medef mendesak pemerintahan baru untuk menawarkan "kebijakan ekonomi yang jelas dan stabil".
Sementara itu, lembaga pemeringkat S&P memperingatkan bahwa skor kredit Prancis akan "tertekan" jika Paris tidak mengurangi defisit publiknya yang cukup besar, kurang dari dua bulan setelah penurunan peringkat terakhirnya.
Tidak ada Ilusi
Bursa saham Paris dibuka turun 0,49 persen, rebound, dan kemudian ditutup negatif saat Prancis mencerna situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah baru-baru ini.
Reaksi internasionalnya tenang beragam.
Mitra-mitra Prancis di Uni Eropa merasa lega karena kelompok Eurosceptic pimpinan Le Pen tidak akan berkuasa, yang mana dapat membahayakan integrasi Eropa di masa depan, dan dukungan Barat terhadap Ukraina.
Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan kepada wartawan bahwa dia merasa "lega" dan berharap presiden dan anggota parlemen terpilih akan berhasil mewujudkan pemerintahan yang konstruktif.
Moskow mencoba menutupi kekecewaannya.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan Rusia lebih suka kemenangan pihak yang siap melakukan upaya untuk memulihkan hubungan bilateral, kendati sekarang tidak memiliki harapan maupun ilusi tertentu mengenai masalah ini.
Di Paris, pemimpin Partai Sosialis Olivier Faure mengatakan partai-partai sekutu NFP akan memilih kandidat untuk menggantikan Attal, baik melalui konsensus atau pemungutan suara, minggu ini.
Namun perdebatan di kubu kiri mengenai nama-nama Kabinet masih akan berlangsung sengit.
Komponen NFP yang terbesar adalah France Unbowed (LFI) yang berhaluan kiri keras yang dipimpin oleh Jean-Luc Melenchon, --disebut sebagai tokoh pemecah belah yang tidak disenangi oleh kaum kanan dan tengah dan telah mengasingkan banyak rekan sesama kaum kiri.
Melenchon pada Senin malam mengatakan kepada lembaga penyiaran LCI bahwa partainya memiliki beberapa kandidat untuk diajukan, memimpin pemerintahan, dan tampaknya mengecualikan dirinya sendiri.
Situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya ini terjadi tepat ketika Macron akan berada di luar negeri, selama sebagian besar minggu ini, untuk menghadiri pertemuan puncak NATO di Washington.
Parlemen terbagi
Setelah memenangi putaran pertama pemilihan pada tanggal 30 Juni dengan margin yang jelas, hasil hari Minggu merupakan kekecewaan besar bagi partai RN, Le Pen, meskipun memiliki kontingen terbesarnya di parlemen.
Aliansi sentris Macron akan memiliki puluhan anggota parlemen lebih sedikit, tetapi akan bertahan lebih baik dari yang diharapkan dan bahkan dapat berakhir di posisi kedua, ketika jumlah kursi dikonfirmasi.
NFP - yang dibentuk bulan lalu setelah Macron menyerukan pemilihan cepat - menyatukan kaum Sosialis, Hijau, Komunis, dan LFI yang sebelumnya terpecah belah.
Proyeksi dan hasil sementara menunjukkan NFP akan menjadi blok terbesar di Majelis Nasional baru dengan sekitar 190 kursi, aliansi Macron sekitar 160 kursi, dan RN sekitar 140.
Tidak ada kelompok yang mendekati 289 kursi yang dibutuhkan untuk mayoritas absolut.
Hanya seminggu yang lalu, beberapa jajak pendapat menunjukkan RN dapat memenangkan mayoritas absolut, dengan posisi Le Pen dan Jordan Bardella, menjadi perdana menteri.
Sebaliknya, ia akan tetap menjadi anggota Parlemen Eropa, memimpin kelompok sayap kanan baru di mana RN akan menjadi anggota terbesar, bersama sekutu seperti partai pemerintah nasionalis Hungaria Fidesz, milik Viktor Orban dan Liga Italia.
"Saya mengambil bagian dalam tanggung jawab saya, baik atas kemenangan dalam pemilu Eropa maupun atas kekalahan (hari Minggu)", kata Bardella kepada wartawan, Senin.
"Namun waktu ada di pihak kita, dan kita akan terus bekerja untuk meyakinkan rakyat Prancis," imbuhnya, sambil meramalkan bahwa gelombang yang akan membawa (RN) ke tampuk kekuasaan.