Home Ekonomi Kemenperin Beberkan Tantangan di Industri Ubin Keramik Indonesia

Kemenperin Beberkan Tantangan di Industri Ubin Keramik Indonesia

Jakarta, Gatra.com - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengungkapkan sejumlah tantangan yang terjadi di industri ubin keramik Indonesia. Salah satu tantangan tersebut yakni, mengalami penurunan daya saing dengan produk ubin keramik dari Tiongkok.

Pejabat Fungsional Pembina Industri Direktorat Industri Semen, Keramik, dan Pengolahan Bahan Galian Nonlogam Kemenperin, Ashady Hanafie mengatakan, penurunan daya saing tersebut terjadi karena Pemerintah Tiongkok memberikan insentif Tax Refund sebesar 14%.

“Kalau tanangannya ini kaitanya penurunan daya saing ini salah satunya dari luar negeri dari China karena ada insentif tax refund,” kata Ashady dalam diskusi publik Indef pada Selasa (16/7).

Ashady menjelaskan, selain hal tersebut, kenaikan biaya produksi keramik sekitar 5-6% pasca kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) juga menjadi tantangan di industri ubin keramik dalam negeri.

“Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap USD karena semua penggunaan gas, bahan bakar itu hitungannya semuanya USD, jadi begitu naik otomatis naik (biaya produksi),” jelasnya.

Kemudian, adanya kenaikan biaya transportasi atau ongkos angkut keramik per 1 September 2022 sekitar 2-3% dari harga jual keramik.

Selanjutnya yakni, kenaikan harga gas per 19 Mei 2023 di Jawa Barat dari US$6 per MMBTu menjadi US$6,5 per MMBTu. Sedangkan di bagian Jawa Timur dari US$6 MMBTu menjadi US$6,32 per MMBTu.
 

21