Sleman, Gatra.com - Santri diharapkan turut menciptakan lapangan kerja melalui ekonomi kreatif di tengah situasi ekonomi yang tak mudah saat ini. pelatihan digitalisasi membuat santri tak lagi gaptek dan berkontribusi secara ekonomi.
Hal ini mengemuka dalam kunjungan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno di Pondok Pesantren Assalifyyah II, Mlangi, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jumat (19/7), sebagai bagian program Santri Digitalpreneur Indonesia.
“Ini bukan pertama kalinya saya ke sini. Sebelumnya saya ke sini 2019, dan sekarang perkembangannya luar biasa, terutama dari digitalisasinya,” kata Sandiaga.
Kemampuan digitalisasi itu ditunjukkan Ponpes Assalafiyyah II antara lain dengan menciptakan 14 aplikasi yang digunakan sehari-hari, seperti untuk pendaftaran santri baru dan absen penghuni pondok. Selain itu, ada pula aplikasi yang dipakai untuk transaksi ekonomi.
“Transaksinya sampai Rp1,9 miliar. Ini menunjukkan digitalisasi di ponpes bukan hanya menciptakan kemudahan tapi juga menghasilkan,” kata politisi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) ini.
Ia menjelaskan Santri Digitalpreneur digelar Kemenparekraf sebagai wadah pelatihan santri dalam menghadapi tantangan industri kreatif berbasis digital. Tahun ini, program ini diikuti para santri di 10 pesantren di 10 kota untuk melahirkan karya konten terbaik. “Program ini sudah memasuki tahun keempat,” kata Sandiaga.
Direktur Pendidikan Ponpes Assalafiyyah II, Irwan Masduqi, menyatakan program digitalisasi membuat para santri lebih maju. “Dulu santri dicap gaptek, tapi sekarang bisa berkontribusi dalam ekonomi berbasis kreatif, bahkan menularkan ke komunitas lain,” katanya.
Ia menjelaskan, dari 14 aplikasi yang dikembangkan Ponpes Assalafiyyah II, salah satunya adalah aplikasi pengelolaan sampah yang bermanfaat dalam menghadapi situasi darurat sampah di DIY. “Teknologi di 36 ponpes juga kami renovasi teknologinya sehingga ke depan ponpes menjadi lembaga maju dari sisi digitalisasi,” paparnya.