Home Ekonomi BPS: Ekspor Bijih, Kerak, dan Abu Logam Turun 49,05 Persen

BPS: Ekspor Bijih, Kerak, dan Abu Logam Turun 49,05 Persen

Jakarta, Gatra.com - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto menyatakan terjadi peningkatan terbesar ekspor nonmigas pada Mei 2019 terhadap April 2019 pada lemak dan minyak hewani/nabati sebesar US$178,0 juta (14,97 persen). 

“Sedangkan penurunan terbesar terjadi pada bijih, kerak, dan abu logam sebanyak US$131,1 juta (49,05 persen),” kata Suhariyanto, di kantor BPS, Jakarta, Senin (24/6).

Adapun komoditas lainnya yang juga meningkat nilai ekspornya lanjut  Suhariyanto adalah perhiasan atau permata dengan nilai US$129,6 juga (45,33 persen); bahan bakar mineral US$112,0 juta (5,81 persen); kendaraan dan spare partnya US$97,8 juta (16,17 persen); dan mesin atau peralatan listrik US$97,2 juta (14,17 persen).

“Komoditas yang menurun selain bijih, kerak, dan abu logam adalah bubur kayu atau pulp US$41,4 juta (14,12 persen); berbagai produk kimia US$33,4 juta (7,84 persen); lokomotif dan peralatan kereta api US$7,7 juta (74,29 persen); dan kapal laut US$6,7 juta (68,08 persen),” katanya.

Selama Januari-Mei 2019, lanjut Suhariyanto, ekspor dari 10 golongan barang atau HS 2 digit memberikan kontribusi 46,76 persen terhadap total ekspor nonmigas. 

“Dari sisi pertumbuhan, ekspor 10 golongan barang tersebut turun 11,41 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018,” katanya.

Selain itu, ekspor nonmigas pada bulan yang sama ke Tiongkok, Amerika Serikat, dan Jepang masing-masing mencapai US$2.233,0 juta, US$1.633,6 juta, dan US$1.199,4 juta, dengan peranan ketiganya yang mencapai 37,17 persen.

Peningkatan ekspor nonmigas pada Mei 2019 jika dibandingkan dengan April 2019, terjadi ke sebagian besar negara tujuan utama. Tercatat, untuk negara di Asia seperti Tiongkok US$151,3 juta (7,27 persen); Jepang US$133,8 juta (12,56 persen); India US$102,7 juta (11,06 persen); Singapura US$98,1 juta (15,18 persen); Malaysia US$69,2 juta (10,57 persen); Taiwan US$32,7 juta (10,07 persen); dan Thailand US$29,8 juta (6,39 persen).

Sedangkan untuk negara di luar Asia seperti Amerika Serikat meraih US$179,2 juta (12,32 persen); Italia US$51,0 juta (33,51 persen); Belanda US$32,2 juta (12,79 persen); Australia US$27,1 juta (17,26 persen); dan Jerman US$11,8 juta (5,95 persen). Lalu untuk negara yang mengalami penurunan adalah Korea Selatan sebanyak US$1,5 juta (0,32 persen).

“Secara keseluruhan, total ekspor ketiga belas negara tujuan utama naik 10,35 persen. Sementara ekspor ke Uni Eropa sebanyak 28 negara pada Mei 2019 mencapai US$1.384,2 juta. Ini naik 12,63 persen dibandingkan bulan April,” katanya.

Suhariyanto menjelaskan, pada periode Januari-Mei 2019, Tiongkok tetap merupakan negara tujuan ekspor terbesar dengan nilai US$9.550,8 juta (15,13 persen), diikuti Amerika Serikat US$7.252,9 juta (11,49 persen), dan Jepang dengan nilai US$5.669,1 juta (8,98 persen). 

“Komoditas utama yang diekspor ke Tiongkok pada periode tersebut adalah lignit, batubara, dan minyak kepala sawit,” ujarnya.

438