Yogyakarta, Gatra.com - Pelecehan seksual pada turis mancanegara oleh pria berinisial SP, 37 tahun, warga Desa Margodadi, Seyegan, Sleman dianggap mencoreng citra pariwisata Yogyakarta. Masyarakat diharap meningkatkan keamanan supaya kejadian serupa tak terulang.
Kepala Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta Singgih Raharjo mengatakan, saat Yogyakarta gencar-gencarnya mempromosikan wisata dengan Sapta Pesona, kejahatan asusila itu justru muncul.
"Ini mencoreng citra pariwisata. Saya harap tak terjadi lagi. Itu yang terkahir. Kita menjadi tuan rumah wisata yang baik, sehingga membuat wisatawan nyaman," kata dia kepada Gatra.com, Rabu (17/7).
Baca Juga: Turis Bule Alami Pelecehan Seksual, Pelakunya Guru Honorer
Ia menganggap, satuan tugas pengawas pariwisata tak perlu dibentuk pemerintah untuk mengantisipasi kejadian serupa terulang. Menurutnya, masyarakat bisa melakukan pengawasan secara mandiri. "Harus masyarakat sendiri untuk mengawasinya. Tidak perlu ada satgas pariwisata kalau semuanya peduli," katanya.
Ketua Paguyuban Pengusaha Pariwisata Prawirotaman Yogyakarta Rina Endarti meminta para pelaku wisata di Prawirotaman untuk meningkatkan keamanan. Pemilik usaha penginapan dan kafe mesti menugaskan satpam berkeliling. "Satpam bersama keliling di kawasan Prawirotaman, walaupun di kampung-kampung," katanya.
Baca Juga: Tiket Pesawat Mahal, Pariwisata Yogyakarta Lesu
SP ditangkap petugas Polsek Mergangsan, Senin (15/7), saat akan berbuat cabul pada turis di Prawirotaman, sentra wisatawan asing di Yogyakarta. SP telah berbuat serupa pada 13 Juni dengan turis perepuan asal Belanda dan pada 29 Juni dengan korban turis Australia.
Rina mengatakan, peristiwa itu sempat viral di media sosial karena rekaman CCTV beredar. Akibat kejadian itu, beberapa turis membatalkan rencana menginap di Prawirotaman. "Sampai ada wisatawan yang menanyakan bagaimana kasus ini. Kami juga menyatakan aman tak masalah. Kami menjamin keamanan," ucapnya.