Jakarta, Gatra.com - Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto mengungkapkan bahwa industri kimia terdampak parah akibat pemadaman massal listrik (Blackout). Hal tersebut disebabkan mesin-mesin industri pada pabrik berhenti operasi sementara penggunaan energi cadangan memiliki keterbatasan dan membutuhkan waktu setup yang lama.
"Industri kimia hampir semua industri proses dan dia bergerak 24 jam. Kalau mereka trip [gangguan], pabrik berhenti. Mereka nggak bisa langsung naik, apalagi kebutuhan industri startup [pengaktifan alat dan mesin] kebutuhannya dua kali kebutuhan listriknya daripada saat operasional," ucap Airlangga ketika ditemui Gatra.com di kantornya, Jakarta, Selasa (6/8).
Ia berharap ke depan infrastruktur jaringan listrik juga mempertimbangkan faktor safety dan keselamatan untuk mengantisipasi gangguan di masa mendatang. Sementara itu Direktur Jenderal Industria Kimia, Farmasi, dan Tekstil, Achmad Sigit Dwiwahjono memprediksi kerugian industri kimia sebesar Rp300 miliar akibat pemadaman listrik selama 8 jam.
Sigit mengaku masih banyak industri petrokimia yang belum beroperasi setelah pemadaman listrik massal yang terjadi pada Minggu (4/8) dan pemadaman bergilir pada Senin (5/8).
"Karena untuk sektor kimia yang Sulfindo di CAP [Chlor Alkali Plant] aja belum ada yang jalan karena untuk merestart lagi itu butuh waktu," katanya kala dikonfirmasi.
Sigit meminta kepada tiap perusahaan untuk menyampaikan daftar keluhan dan bernegosiasi kepada Perusahaan Listrik Negara (PLN) terkait pemadaman listrik tersebut.