Home Gaya Hidup Akademisi Tidak Setuju Kurikulum Khusus Soal Reproduksi

Akademisi Tidak Setuju Kurikulum Khusus Soal Reproduksi

Jakarta, Gatra.com - Beberapa waktu lalu, Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta menyarankan kepada Dinas Pendidikan untuk membentuk suatu kurikulum khusus mengenai pendidikan seksual dan reproduksi. Sehingga antara perempuan dan laki-laki bisa saling mengerti kepribadian lawan jenisnya. 

"Menurut saya, Dinas Pendidikan perlu membentuk satu kurikulum khusus tentang pendidikan seksual dan reproduksi. Tujuannya agar para siswa tidak lagi tabu membicarakan hal tersebut sehingga mengetahui apa yang harus dilakukan bila terjadi sesuatu hal yang retan terjadi pada usia remaja," kata Staf Pengelola Program HIV, Dinkes Provinsi DKI Jakarta, Rahmat Aji Pramono.

Menanggapi hal tersebut, Staf Pengajar SLB Tri Asih Jakarta Barat, Antonia Pujowati menyatakan bahwa dirinya tidak menyetujui adanya kurikulum khusus mengenai pendidikan seksual dan reproduksi pada remaja. Menurutnya, hal tersebut bukanlah masalah dalam dunia sekolah.

Baca Juga: BKKBN Desak Pendidikan Reproduksi Masuk Kurikulum Sekolah

"Secara pribadi, saya belum menyetujui adanya kurikulum khusus tentang pendidikan seksual dan reproduksi pada remaja. Yang perlu dibentuk dari sekolah adalah menjalin kerja sama yang erat dengan siswa sehingga bisa saling memahami satu sama lain," ujarnya saat ditemui dalam acara International Youth Day di Kalibata, Jakarta, Minggu (25/8). 

Bagi dia, lebih baik memasukkan tentang pendidikan seksual dan reproduksi dalam pelajaran bina diri, agama, dan pendidikan kewarganegaraan sehingga tidak perlu ada kurikulum khusus. Terlebih lagi kini pelajaran di kurikulum terlihat tidak fokus. 

"Menurut saya, pelajaran saat ini dengan kurikulum 13, tidak fokus dan belum menyentuh pada pendidikan moral. Sehingga lebih baik mengubah saja kurikulumnya dengan lebih mengedepankan pada nilai kemoralan. Itulah yang penting dibandingkan membentuk kurikulum khusus," ujarnya. 

 

151