Karanganyar, Gatra.com - Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Karanganyar memperpanjang masa tugas tim screening di terminal sampai batas waktu yang belum ditentukan. Terutama memastikan bus AKAP di posko terminal, awak bus dan penumpang wajib menerapkan protokol kesehatan dan pemenuhan syarat administratifnya.
Plt Kepala Dishub Karanganyar, Sundoro Budi Karyanto mengatakan lalu lintas bus AKAP mulai bergeliat sejak operasionalnya diizinkan Kemenhub pada sepekan lalu. Meski, jumlahnya lebih sedikit dibanding lalu lintasnya sebelum pandemi Covid-19.
Bus-bus itu melayani penumpang untuk jurusan Jatim, Jateng dan DIY. Armadanya masuk ke Terminal Palur Solo untuk menaikturunkan penumpang.
Setelah ada pengumuman dari pemerintah, khususnya di wilayah-wilayah zona merah pandemi Covid-19, yakni warganya boleh beraktivitas keluar kota asalkan memegang persyaratan khusus seperti surat izin keluar masuk (SIKM).
Hal itulah yang membuat sejumlah bus-bus ini kembali beroperasi dan mengantar penumpang yang sudah membawa bekal dokumen tersebut.
"Saya yakin dokumen pendukung sudah diperiksa di terminal di Solo. Kami di Terminal Palur mengecek load factor yang diperbolehkan. Maksimal 50 persen dari total tempat duduk," katanya, kepada Gatra.com di kantornya, Kamis (18/6).
Petugas juga memastikan pemakaian masker sopir, awak bus dan penumpang. Selain itu screening penumpang yang turun di Terminal Palur. Masuk penumpang lewat pintu belakang dan keluar pintu depan juga ditekankan.
Ia memastikan posko tim gabungan Dishub, TNI, Polri dan Dinas Kesehatan di terminal belum dibubarkan. Tim ini mulai bekerja sejak April lalu. Keberadaan petugas di posko tersebut mencegah risiko penyebaran Covid-19. Dalam satu hari ditugaskan petugas gabungan di dua shift.
Sebelumnya, perjalanan bus lintas Surabaya-Solo-Jogja yakni Sumber Group turut menghentikan operasionalnya akibat larangan pemerintah di masa pandemi Covid-19. Selain itu, PO Mira dan PO Eka juga terlihat tidak menjalankan unit busnya.
Sundoro mengatakan meski PO bus di trayek Yogya-Solo-Jatim mulai beroperasi, namun tidak demikian halnya jurusan Jabodetabek.
"Terbentur SIKM masuk ke Jabodetabek. Sehingga armadanya juga tidak jalan. Salah satu contohnya PO Rosalia Indah. Lantaran armadanya tidak jalan, perusahaan itu kehilangan pendapatan sampai Rp 50 miliar," katanya.