Gorontalo, Gatra.com - Perusahaan Solusi Agroindustri anggota holding Pupuk Indonesia, Petrokimia Gresik, sukses membina para petani hortikultura di Desa Tolotio, Kecamatan Tibawa, Kabupaten/Provinsi Gorontalo meningkatkan produktivitas tanamannya hingga dua kali lipat, Sabtu (4/7).
Sebelumnya Petrokimia Gresik telah memberi pelatihan kepada para petani jagung, cabai, dan tomat di wilayah ini. Kegiatan ini juga merupakan salah satu tahapan dari kerjasama antara legislator asal Gorontalo tersebut dengan Petrokimia Gresik untuk percepatan pembangunan Gorontalo sebagai lumbung pangan nasional bagian timur dalam rangka menjaga ketahanan pangan di tengah pandemi Covid-19.
Direktur Utama Petrokimia Gresik Rahmad Pribadi menyampaikan bahwa Food and Agriculture Organization (FAO) atau organisasi pangan dan pertanian di bawah PBB telah memperingatkan adanya ancaman krisis global di tengah pemberlakuan karantina wilayah, pembatasan sosial, dan larangan perjalanan. Ini akan mempengaruhi rantai pasokan pangan.
Untuk itu, Rahmad mengapresiasi perhatian Wakil Ketua DPR RI pada dunia pertanian. Rahmad juga mengucapkan terima kasih atas kepercayaannya terhadap Petrokimia Gresik dalam upaya peningkatan hasil pertanian di sentra pangan nasional di Gorontalo.
“Petrokimia Gresik siap bersinergi dengan stakeholder dalam upaya peningkatan produktivitas pertanian guna menjaga ketahanan pangan di tengah wabah Covid-19,” ujarnya.
Rahmad menjelaskan bahwa produk hortikultura dari Kabupaten Gorontalo memiliki potensi besar dan berperan aktif dalam menjaga swasembada pangan nasional. Untuk itu, kegiatan produksi pertanian di masa pandemi ini harus semakin digenjot, mengingat masyarakat sangat membutuhkan stok pangan yang sehat sebagai kebutuhan dasar meningkatkan imun tubuh dalam upaya memerangi penyebaran Covid-19.
“Pangan adalah kebutuhan dasar, strategi pencegahan penyebaran Covid-19 yang disusun oleh pemerintah hanya akan efektif jika pangan pokok untuk rakyat tersedia,” ujar Rahmad.
Berkat kerjasama ini, produktivitas jagung dalam panen meningkat hingga 2 kali lipat. Dimana untuk satu hektar lahan demonstration plot (demplot) menghasilkan jagung pipilan 10,1 ton, sedangkan kebiasaan petani setempat hanya menghasilkan 5 ton per hektare. Demplot jagung ini tidak hanya dilakukan di Desa Tolotio, tapi juga Desa Dutulana’a dan Desa Molowahu.
Selain jagung, kerjasama ini juga direalisasikan dalam demplot tomat dan cabai di Desa Tenilo dengan peningkatan produktivitas yang juga signifikan, yaitu tomat 43,2 ton, serta cabai 12 ton. Panen tomat ini meningkat 80 persen (naik 19,2 ton) dari sebelumnya 24 ton. Sedangkan panen cabai meningkat 50 persen (naik 4 ton) dari produktivitas sebelumnya 8 ton setiap hektare.
Ada pun pola pemupukan berimbang rekomendasi Petrokimia Gresik dalam demplot ini, untuk tanaman jagung menggunakan pupuk organik Petroganik (500 kg/ha), NPK Phonska Plus (300 kg/ha) dan Urea (300 kg/ha). Sedangkan untuk tomat dan cabai masing-masing menggunakan Petroganik (2.000 kg/ha), NPK Phonska Plus (800 kg/ha), serta ZA (200 kg/ha).
Ini adalah upaya nyata Petrokima Gresik sebagai Solusi Agroindustri, dengan menghadirkan produk berkualitas untuk meningkatkan produktivitas pertanian sekaligus menjaga keberlanjutan pertanian.
“Kami berhasil menjawab tantangan Bapak Rachmat Gobel, menanam tanaman hortikultura tanpa menggunakan pupuk subsidi, dan hasilnya terbukti luar biasa,” terang Rahmad.
Berdasarkan kalkulasi, lanjutnya, lebih menguntungkan menggunakan pupuk non-subsidi dengan hasil 10 ton lebih dari pada menggunakan pupuk subsidi tapi hasil panen hanya 5 ton.
Rahmad memastikan Petrokimia Gresik akan melanjutkan kerjasama ini di beberapa titik lain. Ia berharap pola pemupukan rekomendasi Petrokimia Gresik ini dapat diduplikasi oleh petani lainnya di Gorontalo. Selain itu, produk-produk Petrokimia Gresik diharapkan dapat menjadi pilihan untuk meningkatkan produktivitas pertanian.
Sementara itu, Petani Desa Haya-haya, Kecamatan Limboto Brata, Kabupaten Gorontalo, Djafar Abdullah mengaku telah mengikuti pola pemupukan berimbang Petrokimia Gresik dan merasakan manfaatnya, yakni peningkatan produktivitas pada tanamannya jagungnya lebih dari 50 persen.
“Saya akan kembali menerapkan aplikasi pupuk non subsidi ini pada musim tanam berikutnya. Meskipun harganya sedikit lebih mahal, tapi sangat sebanding dengan hasilnya yang meningkat pesat,” ujarnya.