Pati, Gatra.com - Besarnya potensi wisata di Kabupaten Pati, Jawa Tengah terus digali, satu di antaranya Bukit Pengusen yang masuk wilayah Desa Gulangpongge, Kecamatan Gunungwungkal. Di puncak yang memiliki ketinggian 1.000 mdpl, pengunjung bisa menikmati landscape Kota Rembang. Keelokan kabupaten tetangga itu tampak lebih indah saat matahari terbit di atasnya.
Destinasi satu ini cukup mudah diakses, sepeda motor hingga mobil bisa langsung menuju ke lokasi. Hanya saja memang dibutuhkan sedikit perjuangan lantaran kurang lebih 500 meter dari jalan raya, pelancong akan disambut medan tanah yang berdebu. Sehingga mobil yang kurang tinggi akan sedikit kesulitan.
Di objek wisata yang masih dalam proses penggarapan ini, memang menyuguhkan bentang alam khas Pegunungan Muria tepatnya di bawah puncak Termulus. Sebelah selatan pengunjung akan disambut deretan hutan pinus, sementara sebelah utara kemegahan Gunung Genuk Jepara dapat terlihat jelas.
Bagi pelancong yang ingin menikmati indahnya malam di Bukit Pengusen, tidak perlu bersusah payah. Mengingat pengelola wisata sudah menyediakan tenda dan perlengkapan berkemah di bukit eksotis ini.
Kepala Desa Gulangpongge, Kuntardi mengatakan, seyogianya Bukit Pengusen dibuka pada pertengahan tahun 2020, hanya saja karena adanya pagebluk, pihaknya menunda untuk meresmikannya.
“Rencananya awal tahun 2021 kami buka, semoga pandemi Covid-19 segera berakhir. Sehingga bisa dibuka secara resmi untuk umum sesuai rencana kami,” ujarnya kepada Gatra.com, Senin (14/9).
Masa pagebluk ini, dimanfaatkan pengelola untuk membenahi sarana dan prasarana penunjang. Ke depannya destinasi wisata yang dikelola Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) bakal ditambah spot swafoto dan wahana flying fox.
“Kami manfaatkan untuk terus berbenah agar pengunjung semakin betah menikmati keindahan alam di Bukit Pengusen. Untuk sementara karena belum dibuka secara resmi, maka kami belum memberlakukan tiketing,” tuturnya.
Bukit satu ini, dijelaskanya merupakan saksi perjuangan warga Gulangpongge mengusir penjajah. “Dinamakan Bukit Pengusen karena dulu dijadikan tempat pengungsian warga Belanda saat terdesak pada tahun 1945. Dahulunya di sini ada loji dan kantor perkebunan kopi, tetapi setelah tahun itu, diruntuhkan warga sebagai bentuk antipati terhadap bentuk kolonialisme,” paparnya.
Seorang pengunjung lokal, Arif Nur Muhlisin mengaku sangat puas dengan pemandangan alam di Bukit Pengusen. Bukan kali pertama, disebutkannya ini merupakan kunjungan keduanya di lokasi wisata ini.
“Dulu pernah ke sini dan ketagihan. Kali ini saya bersama teman-teman pecinta motor klasik untuk berkemah dan menikmati suasana malam di sini, tidak pernah bosen karena tempatnya masih asri,” paparnya.