Jakarta, Gatra.com - Direktorat Jenderal Kebudayaan bersama dengan Museum Nasional menggelar pameran salah satu tokoh pahlawan Nasional Indonesia, Pangeran Diponegoro yang akan dibalut dengan tajuk "Pamor Sang Pangeran". Dalam pameran kali ini, untuk pertamakalinya, keris Kanjeng Kiai Nogo Siluman akan ditampilkan di depan publik, beserta Pusaka-pusaka Pangeran Diponegoro lainnya.
Empat pusaka sang pangeran tersebut sebelumnya dibawa Belanda sebagai rampasan perang, sedangkan Keris Kanjeng Kiai Nogo Siluman adalah keris pemberian Diponegoro kepada Kolonel Jan Baptist Cleerens, yang di kemudian hari mengkhianati kepercayaan Diponegoro, dan keris dijadikan sebagai bukti kemenangan Belanda. Lima pusaka Pangeran Diponegoro tersebut akhirnya kembali ke tanah air dalam tiga kurun waktu yakni, 1977, 2015 dan 2020.
"Pameran ini adalah gambaran eksplisit semangat juang Pangeran Diponegoro melawan penjajahan Belanda. Kehidupan dan perjuangan
Pangeran Diponegoro juga dapat menjadi inspirasi dalam pembentukan karakter bangsa serta semangat berjuang dalam menghadapi pandemi covid-19," kata Kepala Museum Nasional, Siswanto, dalam Taklimat Media secara daring, Rabu (28/10).
Sementara itu, Dirjen Kebudayaan Kemendikbud, Hilmar Farid menuturkan bahwa proses pengumpulan kembali pusaka-pusaka Pangeran Diponegoro memang merupakan sebuah proses panjang dan melibatkan kerjasama yang baik antara Museum di Belanda dan Indonesia, serta kesepahaman antara Pemerintah Indonesia dan Belanda.
"Kita tahu, pada tahun 1977 itu pusaka tombak, pelana kuda, dan payung kebesaran Pangeran Diponegoro dikembalikan. Kemudian disusul sebuah tongkat pada tahun 2015, dan terakhir di bulan maret tahun ini adalah pusaka keris yang dikembalikan ke Indonesia," tutur Hilmar.
Proses pengembalian ini pun diakui Hilmar telah melalui proses provenance research atau riset terkait bagaimana sebuah koleksi museum berpindah, dicatat, sehingga bisa dipastikan bahwa benda yang nanti akan dikembalikan adalah benda valid dan sesuai dengan apa yang dimaksud.
Selain itu, Hilmar juga mengatakan bahwa belakangan di Belanda sendiri telah dibentuk sebuah komite yang ditujukan untuk memproses benda-benda bersejarah lainnya. Atas hal itu, Hilmar pun mengapresiasi langkah tersebut, dan akan segera mereapon dengan membentuk komite serupa di Indonesia.
"Agar nantinya agar terlibat dalam proses penelitian dan kerjasama di Belanda. Untuk memastikan bahwa pengembalian bisa berjalan dnegan baik. Karena masih banyak balung lain yang secara terpisah dari banyak periode sejarah kita yang belum kembali ke Indonesia," pungkasnya