Home Politik Ganjar Nilai Penyerapan Bulog Terhadap Gabah Petani Rendah

Ganjar Nilai Penyerapan Bulog Terhadap Gabah Petani Rendah

Klaten, Gatra.com - Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo menilai penyerapan Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) terhadap gabah petani masih rendah yakni sebesar 204.000 ton.

Padahal di sejumlah daerah di Jateng saat ini sedang musim panen padi, sehingga mestinya penyerapan bisa lebih besar lagi.

“Penyerapan Bulog yang hanya 204.000 ton gabah itu masih terlalu kecil. Padalah, saat ini Jateng memasuki puncak musim panen raya padi,” kata Ganjar meninjau gudang beras Bulog di Banaran Delanggu Klaten, Senin (29/3).

Turut serta dalam kunjungan itu Wakil Bupati Klaten, Yoga Hardaya dan Pemimpin Wilayah Bulog Jateng, Miftahul Ulum.

Stok beras yang ada di gudang tersebut terlihat masih banyak. Ada ribuan sak beras tertata dengan rapi di dalam gudang.

Menurut Ganjar, kunjungan ke gudang Bulog tersebut untuk melihat stok beras yang ada dan proses penyerapan gabah petani, karena sedang panen raya padi sehingga produksi melimpah.

Kepada Perum Bulog diminta untuk membeli gabah petani dibeli dengan harga di atas harga pokok penjualan (HPP) yang telah ditetapkan pemerintah yakni Rp4.200 per kilo gram. “Paling tidak sama dengan HPP, jangan sampai di bawahnya kasihan petani,” ujarnya.

Lebih lanjut Ganjar menyatakan, rendahnya penyerapan gabah oleh Bulog ini karena fungsi sudah tidak optimal lagi. Jika dulu Bulog punya program beras miskin (raskin), sekarang tidak ada lagi.

Stok beras di gudang Bulog dikeluarkan hanya ketika terjadi bencana atau operasi pasar (OP) saat terjadi kenaikan harga. Fungsi Bulog sekarang, lanjut Ganjar, agak pincang, hanya diminta menyerap gabah dari petani, tapi yang dikeluarkan tidak banyak.

“Jadi mohon maaf, kalau tidak ada bencana atau harga stabil dan tidak ada operasi pasar, ya beras ndongkrok di gudang Bulog,” katanya.

Oleh karenaya, orang nomor satu di Pemprov Jateng iini mengusulkan kepada pemerintah pusat membuat kebijakan baru yakni Bulog diberikan tugas yang lebih banyak seperti dulu lagi.

Kalau tidak ada perubahan sudah pasti penyerapan Bulog tidak bisa maksimal. Dampaknya harga petani pasti rendah karena betul-betul menggunakan mekanisme pasar dan diadu dengan pasar.

“Kementerian Pertanian atau Kementerian Perdagangan diharapkan membuat terobosan baru. Saya juga kepikiran, kalau pusat tidak melakukan, maka Pemda harus mengambil tindakan, seperti harus punya gudang sendiri, melakukan fungsi PSO dan mengambil stok agar petani bisa terbantu. Kalau tidak ada saluran keluarnya, ngendonnya akan lebih banyak,” ujar Ganjar.

Sementara Pemimpin Wilayah Bulog Jateng, Miftahul Ulum mengatakan, pada 2021 dijatah menyerap gabah petani sebanyak 204.000 ton. Menuru Ulum ada kendala Bulog dalam penyerapan gabah petani yakni kualitas gabah petani tidak terlalu bagus.

"Kendalanya saat musim hujan banyak gabah yang dipanen lebih awal, karena rusak, sehingga kualitas gabahnya jelek,” ujarnya.

 

332