Home Teknologi Studi Mahasiswa FTUI Suguhkan Rekayasa Genetika Biji Kopi

Studi Mahasiswa FTUI Suguhkan Rekayasa Genetika Biji Kopi

Depok, Gatra.com - Mahasiswa FTUI kembali membawa kemenangan dalam ajang bergengsi tingkat nasional yang dilaksanakan oleh AIChE ITB Student Chapter. Pada ajang Kompetisi Karya Tulis Ilmiah yang diselenggarakan pada 12 Desember 2020-21 Februari 2021 tersebut, Mark Clio Davis (Teknik Elektro ‘18), M. Fauzi Rahmad (Teknik Elektro ‘18), dan Nicholas William (Teknik Kimia ‘18), yang tergabung dalam tim E2, berhasil memborong penghargaan 2nd Runner Up dengan karya ilmiah berjudul “Optimization of Genetically Modified Peaberry Cultivation with Commercial Packaging (MOGE) to Coffee Industry.”

Industri kopi di Indonesia berkembang pesat dalam kurun waktu lima tahun terakhir, membuat tingkat konsumsi kopi di Indonesia juga meningkat. Salah satu masalah yang menjadi perhatian petani dan pelaku industri kopi adalah bagaimana memaksimalkan distribusi hasil panen dari petani dan tetap menjaga kualitas biji kopi saat proses pendistribusian ke pelaku industri kopi.

Petani kopi lebih memilih menjual hasil produk mereka dalam bentuk bubuk untuk memaksimalkan kemasan sehingga biaya distribusi menjadi lebih murah. Sedangkan, pembeli lebih menginginkan produk yang masih berbentuk biji kopi untuk diolah secara mandiri pada tempat usaha mereka.

Hal ini dikarenakan biji kopi lebih tahan lama disimpan serta biji kopi yang diolah sebelum disajikan memiliki kualitas aroma dan kopi yang lebih kuat. Perbedaan ini mengakibatkan adanya konflik kepentingan antara petani kopi dan pembeli.

Mark Clio Davis mengatakan, jika petani menjual kopi yang masih berbentuk biji, petani harus menanggung biaya pengiriman yang lebih besar daripada menjual kopi berbentuk bubuk. Dengan mengemas kopi dalam bentuk bubuk, petani dapat memaksimalkan pengemasan dengan mengemas bubuk kopi sepadat mungkin.

“Hal ini berbeda dengan pengemasan biji kopi, dimana terdapat banyak celah kosong antara biji kopi yang terbuang sia-sia. Ini yang merugikan petani dari segi pembiayaan saat proses distribusi,” ujar Mark dalam keterangan yang diterima Gatra.com, Rabu (28/4).

M. Fauzi Rahmad menambahkan, tim E2 FTUI mencoba menawarkan solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan memenuhi permintaan pasar akan biji kopi dan tetap membuat petani mengeluarkan biaya distribusi secara efisien melalui pengembangan rekayasa genetik biji kopi serta optimasi pengemasan komersil.

Solusi yang ditawarkan Tim E2 FTUI terdiri atas tiga elemen kunci, yaitu: kultivasi biji kopi peaberry yang telah dimodifikasi secara genetik menjadi lebih kecil, penggunaan kemasan kedap udara, dan pengoptimalan kemasan dari dari segi desain dan bentuk, membuat biji kopi dapat dikemas sebanyak mungkin dalam satu kantong kemasan dan tidak menyisakan ruang kosong yang sia-sia.

Biji kopi yang dipilih, yakni Genetically Modified Organism (GMO) adalah Biji Peaberry. Biji kopi peaberry dipilih karena ukurannya yang kecil, bentuk yang lebih bulat dan memiliki kualitas rasa dan aroma yang tinggi. Modifikasi genetik dilakukan dengan menambahkan DNA ke dalam genome tanaman kopi tersebut. “Ada beberapa tahap yang dilakukan untuk melakukan rekayasa genetik ini,” ujar Fauzi.

Nicholas William menyebut, analisis ini dilakukan dengan membuat perbandingan biji kopi pearberry dengan biji kopi yang biasa ditemukan di pasaran. Kemudian memasukkan genome tersebut ke dalam plasmid bakteri (agrobacterium tumefaciens) yang akan menginfeksi sel tanaman kopi normal sehingga menghasilkan biji kopi peaberry yang diinginkan.

“Tim E2 FTUI berharap solusi yang ditawarkan dapat membantu petani-petani kopi Indonesia menghasilkan kopi berkualitas untuk memenuhi permintaan pasar dan tidak membuat petani mengeluarkan beban besar untuk proses pembiayaan,” kata Nicholas.

453