Home Ekonomi Petani Sawit di Subulussalam Tekor Bongsor karena Ini

Petani Sawit di Subulussalam Tekor Bongsor karena Ini

Aceh, Gatra.com- Tidak hanya Pandemi Covid-19 dan turunnya harga CPO yang ikut mengancam pendapatan petani kelapa sawit di Kota Subulussalam, Aceh. Namun, seluruh perusahaan di daerah itu pun terkesan bersekongkol menghempas ekonomi petani sawit. Harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit pekan ini turun, seluruh pabrik minyak sawit daerah itu pun terkesan sengaja mengulur waktu mengumumkannya.
 
"Sudahlah harga turun, pengumumannya pun telat dua hari. Seharusnya, dua hari sebelumnya diumumkan. Ini, hari ini turun harga, hari ini pula diumumkan. Cara yang dilakukan perusahaan secara tidak langsung membunuh petani sawit," kata salah seorang petani sawit di Kota Subulussalam, Tambolon Barat kepada Gatra.com melalui telepon seluler, Selasa (15/6).
 
Mulai hari ini sampai sepekan ke depan, harga sawit di Kota Subulussalam Rp1.650/Kg. Harga ini turun Rp200/Kg dibanding pekan sebelumnya. Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Kota Subulussalam menganggap cara yang dilakukan oleh seluruh pabrik kelapa sawit di daerah itu sudah kelewatan. Sebab, mengumumkan harga secara tiba-tiba.
 
"Mestinya, turun dan naik-nya harga ada pemberitahuan 2 hari sebelumnya. Jangan mendadak kayak gini," kata Ketua Apkasindo Kota Subulussalam, Ir Netap Ginting. Netap mengatakan, yang paling dirugikan gara-gara ulah perusahaan tersebut pemilik RAM atau penampung/pembeli sawit. Soalnya, mereka membeli harga ke petani seperti sebelumnya.
 
"Bayangkan saja kalau ada stok TBS 50 Ton, berarti pemilik RAM sudah rugi puluhan juta," kata dia. Disisi lain, yang membikin Netap heran, turunnya harga sawit pekan ini tidak dibarengi dengan turunnya harga pupuk. 
 
"Nah, kalau kayak gini, petani tentu menjerit. Harga sawit turun, harga pupuk malah tidak. Pupuk Urea tetap Rp300.000, TSP begitu juga Rp510.000, KCL Rp550.000 dan Kisrit Rp210.000 tetap juga di harga kayak sebelumnya," pungkasnya.
1297