Home Kesehatan Ketika Kucing Besar Terpapar Covid-19, Bagaimana Mengambil Sampel dari Hidungnya?

Ketika Kucing Besar Terpapar Covid-19, Bagaimana Mengambil Sampel dari Hidungnya?

Jakarta, Gatra.com – Belasan orang berkumpul melakukan persiapan sebelum masuk ke dalam area kompleks kandang harimau. Mereka akan kembali melaksanakan tes swab kepada dua harimau yang terpapar Covid-19, Hari yang berumur 12 tahun dan Tino usia 9 tahun di Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta, (02/08). Mereka adalah tim gabungan yang hadir untuk memeriksa kondisi harimau. “Kondisi sudah semakin baik, melakukan akfitivitas seperti biasa .... mau makan, jalan-jalan. Waktu sakit diam saja, mojok, kelihatan kusam. Sekarang kelihatan cerah, dan tampak normal .... Rencana hari ini akan ada tes swab untuk hari mau yang diisolasi maupun harimau yang ada di sekitarnya,” kata Bambang Wahyudi, Kepala Humas Taman Margasatwa Ragunan (TMR) DKI Jakarta.

Rombongan tiba di luar area bangunan kandang pukul 13.15, dan mereka segera melakukan persiapan. Salah seorang tim medis bergegas membawa beberapa alat tes swab PCR ke area kompleks bangunan kandang harimau. Kemudian menyusul sekitar lima orang mengikuti masuk ke area tersebut. Tak berapa lama keheningan TMR yang sedang WFH mengikuti aturan PPKM level 4, dipecahkan dengan suara auman bersahut-sahutan dari para kucing besar. Panggilan-panggilan manja dari nama-nama harimau terdengar dari balik tembok, tak hanya itu, jurus-jurus rayuan gombal pun dilontarkan. “Tino ..... Tino ....Tinooooo .... ayo sini dong .... jangan gitu ah, gak mau nih ..... ini dibawain kesukaan kamu,” rayu salah seorang keeper atau pengasuh satwa. Rayuan itu diikuti rontaan suara ayam. Satu hal yang unik, karakter suara yang memanggil nama dari setiap harimau juga berbeda-beda, tapi kadang sama. Dan ternyata satu harimau dipegang oleh seorang pengasuh, walaupun ada juga seorang pengasuh memegang lebih dari seekor harimau.

Di dalam area kompleks bangunan suasanannya lengang, hanya ada sekitar lima orang yang berada di depan kandang. Gatra sempat mengintip dari celah kecil di gerbang, karena memang masuk area itu tidak boleh sembarangan dan hanya khusus yang berkempentingan. Suasana lengang, kamar-kamar kandang itu sendiri berada di sebelah kanan. Tampak dari kejauhan dua orang keeper sedang sibuk di depan salah satu kamar, yang satu berdiri sambil memegang alat tes, dan yang satu lagi sedang merayu dengan menyodorkan ayam hidup di pintu kandang yang tertutup. Mereka pun bercakap-cakap dengan penghuni di dalamnya, seakan seperti teman atau mirip ngemong anak kecil. Sesekali penghuni bercorak loreng itu berdiri, menampakkan diri di jeruji, berdialog dengan yang teman dekatnya. Tino juga terlihat santai ketika alat tes itu masuk ke hidungnya, memang agak sedikit kaget dan mengaum. Tidak heran, karena manusia saja juga tidak nyaman ketika harus menjalani tes swab PCR.

Berdasarkan informasi dari perawat harimau, Hari dan Tino menunjukkan gejala klinis seperti penurunan aktivitas, nafsu makan, disertai gejala batuk, dan keluar ingus pada 9 juli. “Dari situ tim medis menduga-duga, apakah mungkin ini terpapar Covid-19? Setelah itu dilakukan observasi, tanggal 14 dilakukan pemeriksaan tes swab PCR ....tanggal 15 keluar hasilnya yang ternyata positif. Dan langsung dilakukan karantina-isolasi. Terpapar dari mana masih ditelusuri..... ini kasus baru di Indonesia. Secara detail belum tahu varian apa .... yang jelas ini covid-19,” ungkap Bambang. Tetapi Hari dan anaknya, Tino, sekarang dalam keadaan yang sudah semakin baik, melakukan aktivitas seperti biasa, nafsu makan sudah kembali dan tampak normal.

Enam dari sembilan ekor Harimau Sumatera yang mempunyai nama ilmiah Panthera tigris sumatrae, berhasil dilakukan tes swab PCR oleh TMR bersama Balai Besar Penelitian Veteriner Subang Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian. Tehnik pengambilan sample memang berbeda dengan pengambilan sample pada satwa jinak. Satwa harus dikondisikan dalam keadaan senyaman mungkin dan tidak ada gangguan apapun. Hanya orang-orang tertentu, mempunyai kedekatan dengan satwa tersebut yang bisa mengambil sample. Situasi memang sudah dikondisikan, perawat sudah mulai mendekatkan diri dengan satwa asuhannya. Proses berjalan lancar dengan cara manual sehingga dapat menghindari pembiusan. “Ada pendekatan dari keeper .... dia bukan orang asing bagi satwa, walaupun satwa punya sifat waspada. Kita pancing dengan makanan yang dia suka .... pendekatan pelan-pelan, sampai dapat mendekat, dan baru bisa mengambil sample. Prosesnya sama dengan manusia, alat dimasukkan ke dalam hidung harimau ....ada kedalaman tertentu,” penjelasan Achmad Muchsin, Kepala Seksi Konservasi Taman Margasatwa Ragunan. Sisa 3 ekor yang belum berhasil diambil sample karena masih menjaga jarak dengan keepernya.

Sample yang telah diperoleh akan diuji dengan metode PCR dan diteliti di Balai Veteriner Subang, Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian. Reagen yang digunakan hampir sama, namun ada satu yang berbeda untuk hewan atau manusia. Jenis yang berbeda itu adalah primer, untuk reagen di PCR. Tehnik uji sama dengan pengujian terhadap sampel dari manusia, bila hasil masih positif akan dilanjutkan ke tahap berikutnya sequencing. Tindakan ini diperlukan untuk mengetahui gambaran jenis virus, karakter virus, asal virus, varian, dan mengindentifikasi kesamaan atau perbedaan dengan virus yang menginfeksi dari manusia. “Lama pengujian 1 hingga 2 hari ....kurang lebih 3 hari dengan proses administrasinya. Kalau untuk yang sequencing sekitar seminggu .... dan itu kalau hasilnya positif,”kata Aprizal Panus, Subkoordinator Informasi Veteriner BVET Subang. Proses pemeriksaan ini merupakan tindak lanjut dari informasi adanya sample terkonfirmasi positif pada 14 Juli. Gatra sempat menanyakan kembali kepada Bambang Wahyudi melalui pesan whatsapp, mengenai pemeriksaan tes swab kemarin, dan hasilnya belum ada kabar, (05/08).

Maung New York Kena Covid-19

Seekor harimau Malaya betina, Nadia, telah dinyatakan positif terinfeksi Covid-19 di Taman Margasatwa Bronx, New York, pada 5 April 2020. Dan ternyata, tiga harimau lainnya dan tiga singa Afrika memperlihatkan gejala yang sama. Wildlife Conservation Society (WCS) merupakan pengelola dari jaringan taman margasatwa seperti Taman Margasatwa Bronx, Central Park, Prospect Park, Queens dan Akuarium New York. Taman margasatwa ini telah memperoleh akreditasi dari Association of Zoos and Aquariums (AZA).

Dikutip dari siaran pers WCS, Minggu (05/04/2020), Nadia, yang berumur empat tahun ini, menjalani pemeriksaan ambil sample dari hidung, tenggorokan, dan saluran pernapasan setelah dilakukan pembiusan. Kemudian nyusul tiga harimau dan tiga singa Afrika yang juga mengalami gejala batuk, terkonfirmasi positif Covid-19. Kali ini pemeriksaan dilakukan dengan uji sample feses sehingga satwa tidak perlu untuk dibius. Pihak pengelola juga mengkonfirmasi seekor harimau gunung yang positif namun tidak memperlihatkan gejala klinis. Sebagai informasi tambahan, empat kebun binatang dan akuarium tersebut telah ditutup sementara sejak 16 Maret 2020.

Empat Singa Barcelona Terpapar

Satwa terpapar Covid-19 juga menimpa empat singa di daratan eropa, tepatnya di Kebun Binatang Barcelona, Spanyol. Satwa malang yang terdiri dari tiga betina dan satu jantan telah diperiksa pada November 2020. Dikutip dari Reuters, Selasa (08/12), ketiga betina Zala, Nima dan Run Run, yang berumur 16 tahun dan si jantan, Kiumbe, usia 4 tahun dilakukan pemeriksaan setelah menunjukkan gejala mirip flu. Penjaga kebun binatang tidak luput dari pemeriksaan, dan dua orang pun terkonfirmasi positif. Namun pihak otoritas veteriner Spanyol tetap mendalami asal penyebab satwa-satwa tersebut bisa terinfeksi.

Ganasnya Covid-19 Juga Menyerang Satwa di India

Delapan singa asia telah tertular Covid-19 di Taman Margasatwa Nehru, Hyderabad, India. Dikutip dari Reuters, Rabu (04/05/2021), pemeriksaan dilakukan setelah singa-singa tersebut menunjukkan tanda-tanda gangguan pernapasan. Sampel diperiksa di laboratorium penelitian pemerintah pada 24 Maret 2020. Kejadian tersebut terjadi saat di tengah lonjakan besar masyarakat yang terinfeksi virus Covid-19 di India. Kebun binatang tersebut telah dibuka kembali pada 11 Juli. Kasus kematian satwa akibat Covid-19, menimpa Neela, seekor singa asia yang berumur 9 tahun di Taman Margasatwa Arigmar Anna, Chennai, India bagian Selatan, pada 3 Juni 2021. Kasus kematian dua harimau putih yang diduga akibat Covid-19 juga terjadi di negara tetangga, Pakistan.

Kembali lagi ke tanah air, kondisi Taman Margasatwa Ragunan sendiri sudah tidak menerima pengunjung sejak ditutup pada 22 Juni. “Kita belum tahu sumber penularan dari mana .... makanya sekarang tracing. Karena itu kita bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan, BKSDA dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Nanti mereka akan memonitor hewan lain, terutama satwa liar, contohnya ada tikus, kucing, kelelawar .... diambil sampelnya ....tapi lihat perkembangan nanti,”ujar Aprizal, menutup wawancara.


Foto dan Teks: Jongki Handianto