Semarang, Gatra.com – Sejumlah petani disarankan mulai menggunakan pupuk organik, menyusul terbatasnya pupuk subsidi serta harga pupuk non subsidi yang mahal di pasaran.
Saran ini disampaikan guru besar Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Solo, Prof. Dr. Ir. Suntoro Wongso Atmojo agar para petani masih bisa menanam padi dengan biaya pupuk terjangkau.
“Bila pupuk subsidi terbatas, petani agar mengganti dengan pupuk organik. Bahan pupuk organik mudah dan ada di sekitar kita, misal jerami dimasukan ke dalam lahan. Itu tidak hanya NPK, tapi 16 unsur hara bisa tercukupi,” katanya dalam keterangan kepada wartawan di Semarang, Senin (9/8).
Menurutnya, ada bebarapa cara pengolahan pupuk organik, yakni jerami digunakan sebagai pakan ternak kemudian kotoran ternak dibawa ke lahan sebagai pupuk.
Bisa juga jerami dikomposkan biar matang, kemudian langsung digunakan di lapangan. Jerami langsung ditumpuk dan diberi bakteri untuk cepat matang, atau jerami langsung dibajak agar tercampur.
“Pupuk organik ini membantu kebutuhan pupuk yang sangat besar. Meski belum mencukupi memang, minimal mampu mengurangi dari kebutuhan pupuk petani,” ujarnya.
Berdasarkan riset Balai Besar Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP) 2018, setidaknya 70% dari 8 juta hektar lahan sawah di Indonesia kondisinya kurang sehat. Penyebabnya karena kandungan bahan organik yang rendah.
Kondisi ini merupakan dampak dari pola pemupukan yang tidak berimbang sekian lama. Penggunaan pupuk pada petani cenderung tidak rasional, jumlahnya melebihi kebutuhan.
Suntoro menyarankan petani untuk mulai rasional dalam penggunaan pupuk. Supaya tanah tidak semakin kehilangan unsur haranya, serta lebih efisien bagi ongkos produksi.
“Mestinya petani kita harus mulai rasional dalam memupuk sehingga biaya tanam bisa ditekan,” katanya.