Jakarta, Gatra.com – Sekjen Perkumpulan Organisasi Perusahaan Alat-alat Kesehatan dan Laboratorium (Gakeslab) Indonesia, Randi Teguh, mengungkapkan bahwa selama masa pandemi Covid-19, banyak bermunculan pengusaha dadakan yang bergerak di sektor bisnis alat kesehatan (alkes).
“Banyak saat ini memang di masa pandemi, banyak pengusaha-pengusaha baru lah, dadakan ya, karena melihat mungkin harus survive dan tergiurnya jasa usaha alat kesehatan atau bisnis kesehatan ini banyak membuka lab-lab klinik baru,” ujar Randi dalam sebuah diskusi publik virtual yang digelar pada Sabtu (30/10).
“Lab-lab yang tadinya lab klinik kecantikan jadi lab tes PCR dan sebagainya yang sebenarnya jangan-jangan kemampuan dan sebagainya [dari para pelaku usahanya] tidak mumpuni,” imbuh Randi.
“Kami melihat banyak sekali pelaku-pelaku, bukan hanya produsen, tetapi importir-importir alat kesehatan yang mohon maaf, barangkali tidak memenuhi standar karena memang sebagai pelaku usaha alat kesehatan itu harus memenuhi izin,” jelas Randi.
Menurut Randi, untuk terjun ke dunia bisnis alat kesehatan yang profesional, sebuah perusahaan bisnis kesehatan wajib mempunyai izin dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Kemenkes pulalah yang akan memberi nomor izin edar produk-produk alkesnya.
Selain itu, perusahaan-perusahaan tersebut juga perlu memahami kaidah-kaidah Cara Distribusi Alat Kesehatan yang Baik (CDAKB) dan Cara Pembuatan Alat Kesehatan yang Baik (CPAKB) seperti yang tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) RI Nomor 20 Tahun 2017 tentang Cara Pembuatan Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga yang Baik.
Walau demikian, kacaunya situasi Covid-19 dinilai menyisakan ruang untuk bocornya celah-celah legal tersebut. Randi meyakini adanya kebocoran tersebut sehingga para pelaku bisnis dadakan tersebut bisa lolos begitu saja dan langsung mengedarkan produk-produknya.
“Kalau saya terus terang, menurut saya rasanya ini ada sedikit relaksasi. Tetapi kalau kami lihat ini kebablasan. Betul-betul dibuka. Banyak sekali perusahaan-perusahaan yang tadinya mereka industrinya di tambang, mineral, otomotif, tiba-tiba jadi importir alat-alat kesehatan,” beber Randi.
“Dan ini karena memamg di negara-negara produsen alat kesehatan banyak beredar, jadi calo-calo yang menawarkan alat-alat kesehatan yang oversupply. Apalagi saat ini di mana di negara-negara mereka kan Covid sudah melandai sehingga over produksi dan mereka menawarkannya ke kita,” tuturnya.
Randi menilai seharusnya tak boleh sembarangan orang sekonyong-konyong masuk ke dunia bisnis alkes. Terlebih lagi bisnis kesehatan akan berkaitan langsung dengan nyawa seseorang.
“Jadi kalau sebagai pelaku usaha alat kesehatan atau alat lab itu, bahkan secara keseluruhan pengusaha rumah sakit lah, harus sudah punya DNA khusus di mana mereka mengerti bisnis ini terkait dengan manusia,” ujar Randi.