Home Keuangan Industri Fintek Butuh SDM Beragam

Industri Fintek Butuh SDM Beragam

Jakarta, Gatra.com– HR Director OVO, Debora Bangun mengatakan bahwa pertumbuhan pesat ekonomi digital tentunya perlu disertai dengan sumber daya manusia yang andal. Salah satunya adalah ditunjang dengan tim handal dengan berbagai latar belakang.

“Latar belakang yang beragam ini membawa perspektif unik yang memampukan OVO melakukan berbagai inovasi layanan keuangan yang aman dan terjangkau bagi masyarakat Indonesia," kata Debora dalam keterangan tertulisnya, Jumat (7/1).

Hal ini juga yang diterapkan oleh OVO dimana di antara karyawannya, ada yang berlatar arsitektur, lembaga swadaya masyarakat, fesyen, film, data science, desain grafis, dan masih banyak lagi. 'Kontribusi dan sudut pandang mereka sangat kami hargai, baik yang merupakan mahasiswa magang maupun manajemen senior,” lanjut Debora.

Filosofi ini sejalan dengan pendekatan ekosistem terbuka yang dianut OVO, di mana OVO terbuka untuk bekerja sama dengan berbagai pihak demi mendorong literasi dan inklusi keuangan di Indonesia, terutama di tengah pandemi.

Di tahun sebelumnya pun, OVO telah banyak menjalin kolaborasi dengan berbagai mitra strategis seperti BCA, BRI, Bank Mandiri, Google Play, JD.ID, Bukalapak, BliBli, Pos Indonesia, HappyFresh, McD dan masih banyak lagi.

Pandemi Covid-19 telah mendorong banyak perubahan, termasuk peningkatan pesat adopsi layanan digital. Sebanyak 9 dari 10 pengguna layanan digital baru Asia
Tenggara di 2020 tetap memanfaatkan layanan digital di 2021.

Menurut laporan e-Conomy SEA 2021 oleh Google, Temasek, dan Bain & Company, investasi ekonomi internet Asia Tenggara pun mencatat angka tertinggi di 2021 meskipun di tengah pandemi, dengan mayoritas investasi di industri e-commerce
dan layanan keuangan digital.

Di tahun 2030, sebanyak 70-80% nilai transaksi Asia Tenggara diperkirakan akan sepenuhnya digital, dibandingkan dengan sekitar 40% sekarang ini.

Sebagai tambahan, Gross Merchandise Value (GMV) Asia Tenggara pun akan melampaui prediksi sebelumnya dan diperkirakan akan mencapai US$360 Miliar pada tahun 2025, dengan Indonesia sendiri yang berpotensi mencapai dua kali lipat GMV Asia Tenggara saat ini di 2030.

“OVO menyadari bahwa industri fintech akan dapat berkembang lebih optimal jika ditopang oleh bakat-bakat dari berbagai latar belakang industri, bukan hanya teknologi,” tuturnya.

171