Jakarta, Gatra.com – Pelaksana Tugas (Plt) Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Hayati (OR IPH) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Iman Hidayat mengatakan faktanya Indonesia tidak cukup kompetitif untuk bisa bersaing dengan negara-negara lain di dunia.
Dia mengatakan kurangnya kompetitif negara ini salah satu faktornya adalah karena rendahnya innovation index atau indeks inovasi.
“Jadi budaya inovasi kita semakin menurun ya,” ungkap Iman dalam sambutannya di acara Talk To Scientists via Zoom bertema “Riset Pengembangan Vaksin COVID-19 untuk Indonesia Pulih Bersama Bangkit Perkasa”, yang disiarkan langsung melalui kanal YouTube BRIN Indonesia pada Rabu, (26/1).
Dia mengatakan terlihat sekali bagaimana drastisnya indeks inovasi Indonesia menurun, meski pada tahun 2021 mulai naik. Namun, itu jauh sekali dengan tahun-tahun sebelumnya.
“Ini menjadi pertanyaan besar ya,” ujar Iman.
Menurutnya, sebagai individu, semua merasa cukup kompetitif untuk bisa bersaing dengan negara lain guna menghasilkan hasil riset yang berkualitas serta produk-produk inovasi riset yang baik.
‘Tapi faktanya, datanya tidak seperti itu. Ini menjadi challenge bagi kita semua,” ujarnya.
Dengan melihat data tersebut, ia merasa cukup terpukul sebagai individu. “Mudah-mudahan ini bisa menjadi pemicu bagi kita semua. Jangankan di level dunia, di level Asia Tenggara kita hanya di atas Kamboja dan Laos,” ujar Iman.
Dia juga menyebut Laos merupakan negara yang miskin Sumber Daya Alam (SDA) dan Kamboja yang baru bangkit dari politiknya. “Jadi, inilah realitas yang mudah-mudahan ini bisa menjadi pemacu kita,” kata Iman.
“Semua sebagai warga negara, sebagai peneliti as a team [sebagai sebuah tim] ya. Jadi as a team as individu bagaimana kita bangkit bersama-sama menghadapi yang paling dekat di mata kita, dan kita alami adalah pandemi COVID-19,” katanya.
Iman mengatakan semua perlu menggali letak kesalahan mengapa indeks inovasi Indonesia itu rendah.
“Kadang kita berfikir, salahnya di mana? Apakah memang orang Indonesia tidak cukup pintar, tidak cukup kompetitif secara kualitas, atau yang berkualitasnya hanya sedikit, kita tidak tahu ya walaupun kita ada datanya,” katanya.
Terlepas dari masalahnya, kata Iman, realitasnya Indonesia sudah tertinggal. “Jadi realitasnya kita sudah cukup tertinggal ya dari tetangga kita,” katanya.
Iman menambahkan komitmen para periset dan akademisi sangat dibutuhkan kontribusi positifnya sekalipun nilainya kecil.
“Bersama-sama mari kita membangun Bangsa Indonesia untuk bisa bangkit. Jadi itu menjadi cambuk ya bagi kita semua,” katanya.