Jakarta, Gatra.com- Menteri Keuangan Sri Mulyani memaparkan arah kebijakan fiskal 2023 ketika ditanya, bagaimana arah kebijakan fiskal tahun depan jika tahun ini APBN sebagai shock absorber atau peredam atas berbagai guncangan dalam ekonomi, bagaimana arah kebijakan fiskal tahun depan?
"Tahun ini kita telah melewati guncangan dan saat ini kasus Covid-19 pun mulai menurun. Konsumsi dan investasi Indonesia saat ini terus menunjukkan tren peningkatan," katanya, 20/05 di Jakarta. Pemulihan yang kuat terlihat di hampir semua sektor ekonomi.
Secara kumulatif pada triwulan I-2022, neraca perdagangan tercatat surplus US$9,3 miliar. Neraca transaksi berjalan tahun 2022 diperkirakan akan lebih baik dibandingkan tahun 2021. "Keberlanjutan proses pemulihan ekonomi ini perlu terus dijaga untuk memperkuat fondasi dan akselerasi tingkat pertumbuhan ekonomi," katanya.
Tetapi kemudian muncul guncangan baru di tengah proses pemulihan. Konflik Rusia-Ukraina telah menyebabkan risiko global baru, yaitu krisis pangan, krisis energi dan krisis keuangan.
"Tantangan ini harus direspon dengan disiplin fiskal yang tepat. Oleh karena itu, tema kebijakan fiskal tahun 2023 akan difokuskan pada Peningkatan Produktivitas untuk Transformasi Ekonomi yang Inklusif dan Berkelanjutan," ungkapnya.
Melalui akselerasi pemulihan ekonomi, reformasi struktural, serta reformasi fiskal, diharapkan kebijakan fiskal 2023 efektif mendukung pemulihan ekonomi namun tetap berkelanjutan.
"Inilah arah kebijakan fiskal di tahun depan. Semoga kebijakan ini secara efektif akan mendukung keberlanjutan proses pemulihan ekonomi sehingga kita bisa mewujudkan cita-cita menjadi bangsa yang berdaulat, maju, adil, dan makmur," katanya.