Jakarta, Gatra.com – Menghangatkan hati, menggelitik, serta sarat pesan moral terkait keharmonisan keluarga. Barangkali itulah deskripsi paling sesuai untuk menggambarkan film “Ngeri-ngeri Sedap” besutan sutradara sekaligus penulis Bene Dion Rajagukguk.
Berlatar tempat utama di dekat Danau Toba dan Bukit Holbung, Sumatera Utara, sebuah keluarga kecil merindukan anak-anaknya yang merantau di Pulau Jawa. Pak Domu (diperankan Arswendy Beningswara Nasution) dan sang istri, Mak Domu (Tika Panggabean), seketika menjadi ahli strategi.
Mereka memutar otak untuk mencari cara supaya anak-anaknya pulang. Pak Domu yang penuh akal mengusulkan satu hal: mereka berpura-pura segera bercerai. Mak Domu mengiyakan strategi itu.
Siapa sangka strategi itu ampuh dan membuahkan hasil. Anak perempuan mereka satu-satunya yang tinggal bersama mereka di Medan, Sarma (Gita Bhebhita Butar-butar), menjadi korban terperdaya pertama.
Sarma kemudian menyampaikan kabar perceraian kedua orang tuanya kepada tiga saudara kandungnya. Domu (Boris Bokir) yang hendak menikah dengan mojang Sunda di Bandung, Gabe (Lolox) yang berkarir sebagai pelawak di Jakarta, dan Sahat (Indra Jegel) yang tetap merantau di Jawa selepas kuliah akhirnya mau tak mau pulang ke Medan.
Sesampainya ketiga anak laki-lakinya di kampung halaman, Pak Domu dan Mak Domu tak lantas menghentikan sandiwara perceraiannya. Keduanya saling main mata agar strategi itu bertahan cukup lama, setidaknya hingga upacara adat keluarga Batak mereka selesai, juga dengan tujuan untuk menahan-nahan kehadiran ketiga anak laki-lakinya di sana.
Proses produksi film ini sudah dimulai pada tahun 2019. Sang produser, Dipa Andika, bahkan menyebut bahwa ide utama cerita ini sudah digodok bersama-sama Bene Dion sejak delapan tahun lalu.
“Jadi memang semulus itu karena ceritanya sudah jadi sejak lama. Revisinya nggak terlalu banyak,” ujar Dipa dalam konferensi pers di Epicentrum XXI Rasuna Said, Jakarta Selatan, Rabu, (25/5) lalu.
Bene Dion sang sutradara dan penulis membeberkan latar belakang dibuatnya film ini. Di satu sisi, ia ingin menggambarkan kritisisme pada adat Batak konvensional di tengah kehidupan modern. Di sisi lain, ia punya misi personal. “Buat bapak gua, lu tonton ini,” teriaknya, diiringi gelak tawa.
Bene pun membeberkan mengapa film ini diberi judul “Ngeri-ngeri Sedap”. Menurutnya, istilah itu sudah ngetren di Sumatera Utara dari tahun 1970-an yang kemudian dipopulerkan di level nasional oleh seorang tokoh politik bernama Sutan Bhatoegana.
Menurut Bene, istilah itu awal-mulanya berasal dari ungkapan pencuri atau pencopet yang sukses melakukan aksi kriminalnya. Bagi si pencopet, aksi mencuri itu tampak mengerikan, tetapi ujung-ujungnya ia memetik hasil dari usaha jahatnya itu.
“Konon ceritanya, itulah pemantik munculnya istilah ‘ngeri-ngeri sedap’, untuk menggambarkan situasi yang sangat mengerikan, tetapi itu berhasil dilewati dan terasa sedap pada akhirnya,” tutur Bene.
Penyanyi dan aktris Tika Panggabean mengungkapkan kebahagiaannya atas rilisnya film ini. Terlebih lagi ia menyebut bahwa “Ngeri-ngeri Sedap” adalah film berlatar Batak pertama yang ia bintangi. Ia menambahkan bahwa film bertema kerinduan seperti ini adalah film yang sangat ia dambakan sejak lama.
“Kok gue nggak pernah diajak (main film berlatar Batak), sih? Kurang Batak apa lagi gue?” kata salah seorang personil Project Pop itu.
Proses pengambilan gambar di kampung halaman di Medan juga menjadi pertimbangan utama Tika saat menerima tawaran Bene Dion. Ia mengaku tak harus berpikir dua kali ketika ada tawaran bermain di film ini kepadanya.
Sementara itu, Indra Jegel mengaku punya kedekatan personal dengan tokoh Sahat si anak bungsu yang ia perankan dalam film tersebut. “Aku di rumah juga anak paling kecil. Aku juga sama bapak akrab, [cuma] jarang ngobrol. Beda sama Bene, ya,” katanya setengah bercanda.
Gita Bhebhita yang memerankan Sarma punya cerita ekstrem saat menerima tawaran bermain di film ini. Ia memilih untuk meninggalkan pekerjaan kantorannya untuk memilih fokus membintangi “Ngeri-ngeri Sedap”.
“Kalau aku tetap kerja begitu, aku tidak akan bisa mengambil kesempatan ini. Akhirnya aku memutuskan untuk resign. Aku nggak perlu berpikir dua kali untuk menerima ajakan Bene karena aku sebagai orang Batak belum merasa memberi kontribusi apa pun untuk suku Batak,” tutur Gita.
Sementara bagi Boris Bokir, mengambil peran anak sulung sebagai Domu di film ini menjadi tantangan tersendiri lantaran ia merupakan anak bungsu di kehidupan nyata. Akan tetapi, ia mendapat kemudahan lantaran sang sutradara punya konsep cerita yang matang.
“Ceritanya sudah ada sejak bertahun-tahun lalu. Jadi, Bene datang dengan cerita yang sudah pasti yang tidak bisa diganggu gugat, tidak bisa dikritik, dan diberi saran,” kata Boris dengan sedikit tawa.
Sementara Asrwendy yang memerankan Pak Domu lebih banyak fokus pada pesan moral dari film ini. Sebagai aktor senior, kebijaksanaannya terpancar dari tutur kata yang ia ungkap kepada awak media.
“Saya sendiri menonton film ini nggak mampu menahan air mata. Ini sangat berkesan bagi saya dan semoga juga berkesan bagi khalayak. Pesan moralnya relate dengan anak-anak zaman sekarang. Ngaku kalian, kalian kalau disuruh pulang pasti banyak alasan, kan?” kata Asrwendy.
Komedi dan drama saling berkelindan dalam alur cerita film ini. Komedinya kental karena empat pemeran anak di keluarga tersebut, juga Bene sebagai sutradara, adalah jebolan ajang kompetisi komedi tunggal atau stand up comedy.
Di sisi lain, drama keluarga ditampilkan penuh dinamika. Yang paling menonjol adalah perkembangan karakter (character development) Pak Domu. Ia menjadi pribadi yang sama sekali berbeda di awal dan akhir cerita film.
Drama ini pulalah yang tampaknya memantik turunnya air mata dari para penonton. Menurut pantauan Gatra.com pada saat press screening Rabu pekan lalu, tak sedikit penonton yang menangis sesenggukan usai film selesai diputar.
Drama dan komedi yang saling beriringan inilah yang tampaknya ingin disuguhkan Bene Dion kepada publik dan menjadi nilai jual utamanya. “Ngeri-ngeri Sedap” mulai tayang di seluruh bioskop di Indonesia mulai Kamis, 2 Juni kemarin.