Jakarta, Gatra.com – Pada Jumat Pahing, 15 Dzulhijjah 1443 H yang bertepatan dengan 15 Juli 2022 akan terjadi peristiwa unik, yakni Matahari berkedudukan tepat di atas Kabah. Peristiwa yang disebut juga sebagai Roshdul Qiblat atau kulminasi utama.
Pada hari dan waktu yang telah diperhitungkan melalui aneka metode ilmu falak, yakni pada pukul 12:27:38 waktu Saudi Arabia, maka bayang-bayang segenap benda yang terpasang tegaklurus paras air dan tersinari cahaya Matahari akan tepat sejajar dengan arah kiblat setempat. Roshdul Qiblat ini tercantum dalam Almanak Hijriah Nahdlatul Ulama 1443–1444 H (2022) yang diterbitkan Lembaga Falakiyah PBNU.
Roshdul Qiblat adalah sebuah peristiwa unik di mana kedudukan Matahari dipandang dari Bumi akan tepat berada di atas Kabah. Atau dalam terminologi ilmu falak, adalah saat Matahari tepat menempati di titik zenith Kabah. Roshdul Qiblat merupakan posisi yang diraih Matahari dalam siklus gerak semu tahunannya yang merupakan perwujudan kombinasi perputaran Bumi mengelilingi Matahari dan miringnya sumbu rotasi Bumi.
Dalam siklus gerak semu tahunan tersebut, maka kedudukan Matahari seakan-akan berpindah-pindah secara teratur dari utara ke selatan dan sebaliknya. Dalam terminologi ilmu falak, siklus gerak semu tahunan Matahari berlangsung di antara Garis Balik Utara (lintang 23,5º LU) dan Garis Balik Selatan (lintang 23,5º LS).
Matahari akan berkedudukan tepat di atas Garis Balik Utara pada 20 atau 21 Juni setiap tahun. Sebaliknya akan menempati titik zenith Garis Balik Selatan tiap 21 atau 22 Desember.
Dan setiap 20 atau 21 Maret dan 22 atau 23 September, Matahari akan tepat berada di atas garis khatulistiwa. Setiap titik di antara Garis Balik Utara dan Garis Balik Selatan pada hakikatnya akan ditempati Matahari dua kali dalam setiap tahun Miladiyah. Maka kota suci Makkah al Mukarramah dengan Kabah di pusat kotanya pun akan mendapatkan kesempatan yang sama karena berkedudukan pada garis lintang 21º 25’ LU. Pada saat Roshdul Qiblat terjadi maka nilai deklinasi Matahari akan sangat berdekatan dengan nilai garis lintang kota Makkah. Sehingga manakala terjadi kulminasi atas di Kota Makkah, maka Matahari akan berkedudukan pada titik zenith Makkah.
Dalam kondisi Roshdul Qiblat, maka setiap benda yang terpasang tegaklurus paras air di Kota Makkah akan kehilangan bayang-bayangnya. Sebaliknya, bayang-bayang dari benda yang sama namun berada di luar Kota Makkah dan sedang tersinari Matahari akan tepat sama dengan arah kiblat setempat. Inilah sebabnya Roshdul Qiblat menjadi salah satu metode terakurat dalam mengukur arah kiblat.
Roshdul Qiblat kali ini merupakan peristiwa yang kedua atau yang terakhir bagi tahun 2022 Miladiyah. Roshdul Qiblat itu akan terjadi pada Jumat Pahing, 15 Dzulhijjah 1443 H/15 Juli 2022 pada pukul 12:27:38 waktu Saudi Arabia. Atau bertepatan dengan pukul 16:28 WIB dan 17:28 WITA di Indonesia.
Akan tetapi, apabila kita berpedoman pada pendapat Imam Syafi’i tentang kiblat, maka terdapat stratifikasi kiblat mulai dari lingkup Masjidil Haram (diperuntukkan khusus bagi penduduk kota Makkah) hingga tanah haram Makkah (diperuntukkan untuk Muslim di seluruh dunia kecuali yang bertempat tinggal di kota Makkah).
Apabila diperhitungkan pula bahwa Matahari bukanlah benda langit yang nampak berbentuk titik laksana bintang-bintang pada umumnya, melainkan merupakan bola bercahaya berdiameter 0,5º. Dengan mengombinasikan keduanya, maka Roshdul Qiblat pertama di tahun 2022 Miladiyah ini sesungguhnya terjadi pada Kamis Legi hingga Sabtu Pon, 14–16 Dzulhijjah 1443 H (14–16 Juli 2022). Semuanya terjadi pada waktu yang sama, yakni pukul 16:28 WIB atau 17:28 WITA.
Di Indonesia, Roshdul Qiblat dapat diamati dan dimanfaatkan untuk melaksanakan pengukuran arah kiblat yang akurat pada sebagian besar wilayah negeri ini. Kecuali di Provinsi Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua. Karena di tempat-tempat tersebut Matahari telah terbenam sebelum Roshdul Qiblat terjadi.
Sementara itu, pada provinsi–provinsi di Pulau Sulawesi dan Kepulauan Nusa Tenggara, kedudukan Matahari sudah cukup rendah sehingga terbuka peluang Matahari sudah tak terlihat (tersembunyi di balik awan-awan di ufuk barat). Meskipun diperhitungkan masih mengalami Roshdul Qiblat.
Saat Roshdul Qiblat terjadi, maka kita cukup mencari benda yang terpasang tegaklurus paras air setempat sebagai acuan, misalnya sudut bangunan. Atau yang paling sempurna adalah beban pendulum (lot) yang digantung pada tali. Kita juga membutuhkan jam yang sudah terkalibrasi, misalnya jam digital dalam gawai pintar kita. Tepat pada jam terjadinya Rashdul Qiblat, maka tandai bayang-bayang benda tersebut di tanah. Bayang-bayang tersebut akan sama dengan arah kiblat setempat.
Penulis:
Tim Lembaga Falakiyah PBNU