Tirana, Gatra.com - Staf terakhir Kedutaan Besar Iran di Tirana telah meninggalkan gedung setelah mereka diberi waktu 24 jam untuk meninggalkan Albania, atas serangan siber terbesar yang dituduhkan oleh pemerintah Albania terhadap Iran.
AP melaporkan, Kamis (8/9), konflik Albania-Iran merupakan kasus pertama yang diketahui dari sebuah negara yang memutuskan hubungan diplomatik akibat serangan siber.
Dua mobil kedutaan terakhir dengan mengangkut sekitar 10 penumpang meninggalkan kompleks Kamis siang, setelah banyak pergerakan di dalam gedung sejak semalam.
Pasukan dan petugas polisi khusus Albania terlihat mengelilingi kompleks tersebut, --gedung masih mengibarkan bendera Iran, segera setelah orang-orang Iran itu pergi.
Para diplomat Iran membakar dokumen di pagi hari pada hari Kamis, beberapa jam sebelum meninggalkan negara itu.
Dalam pidato video pada hari Rabu, Perdana Menteri Albania Edi Rama mengatakan bahwa dia telah memerintahkan diplomat dan staf Iran untuk menutup kedutaan dan meninggalkan negara itu dalam waktu 24 jam.
Rama mengatakan serangan siber sejak Juli telah mengancam untuk melumpuhkan layanan publik, menghapus sistem digital dan meretas catatan negara, mencuri komunikasi elektronik intranet pemerintah dan menimbulkan kekacauan dan ketidakamanan di negara ini.
Washington, sekutu terdekat Albania, juga menyalahkan Iran atas serangan itu dan berjanji untuk mengambil tindakan lebih lanjut untuk meminta pertanggungjawaban Iran atas tindakan yang mengancam keamanan sekutu AS, itu.
Teheran mengecam keras keputusan Tirana karena memutuskan hubungan diplomatiknya yang disebut sebagai "klaim tak berdasar" alasan Albania untuk langkah itu.
Albania dan Iran memiliki hubungan yang tegang sejak 2014, ketika Albania menerima sekitar 3.000 anggota kelompok oposisi Organisasi Mujahidin Rakyat Iran yang diasingkan, juga dikenal dengan nama Farsinya Mujahideen-e-Khalq, yang telah menetap di sebuah kamp dekat Durres, di pelabuhan utama wilayah negara itu.
Beberapa hari setelah serangan siber, media berbasis Tirana melaporkan bahwa peretas telah mempublikasikan data pribadi anggota oposisi yang disimpan di komputer negara Albania seperti nomor pribadi, nomor sosial dan keamanan, nama, dan foto.
Pada Kamis pagi, tampak tenang di luar kedutaan di Tirana yang terletak hanya 200 meter dari kantor perdana menteri.
Sebuah Audi hitam dengan pelat mobil diplomatik dan jendela gelap terlihat keluar masuk saat seorang petugas polisi menjaga pintu masuk.