Home Teknologi Paessler Prediksi Lanskap IT 2023, Digitalisasi dan Monitoring Jadi Kunci Utama

Paessler Prediksi Lanskap IT 2023, Digitalisasi dan Monitoring Jadi Kunci Utama

Jakarta, Gatra.com - Pengujung tahun 2022 menjadi momentum yang tepat untuk melihat kelanjutan dari industri IT Monitoring. Paessler PRTG selaku pakar monitoring infrastruktur dan jaringan IT membagikan sejumlah ramalan tren lanskap IT untuk 2023

Digitalisasi Menciptakan Tanggung Jawab Baru untuk IT

Segala sistem analog yang dulu diisolasi dari dunia IT, baik yang berkaitan dengan pabrik, rumah sakit, sumber daya, maupun pusat data, kini menghasilkan data yang kompatibel dengan sistem digital. Hal ini memperluas batasan yang dapat dianalisis dan diinterpretasikan dengan data.

Di berbagai industri, konvergensi sistem IT (information technology) dan OT (operational technology) menghasilkan beberapa tantangan yang perlu diatasi. Meski demikian, tentunya perlu dicatat bahwa terdapat hal penting seperti melakukan monitoring pada ekosistem tersebut. Tantangan terbesarnya adalah membawa beberapa matriks dan beberapa sistem monitoring yang berbeda ke satu tempat.

Akan terjadi peningkatan fokus pada alat-alat IT Monitoring yang memungkinkan perusahaan untuk melacak perubahan yang terjadi pada ekosistem serta menyediakan tampilan terkonsolidasi dari data yang sudah terkumpul, menyederhanakan analisis data dan proses pengambilan keputusan. Dengan memperluas batasan konvergensi IT/OT, diperlukan solusi yang dapat memantau perangkat serta infrastruktur ini.

Solusi Monitoring Punya Andil Penting pada Sektor Pusat Data

Dengan semakin banyaknya perusahaan multinasional yang memindahkan pusat data mereka ke Asia Tenggara, wilayah ini dapat dikatakan akan menjadi hotspot untuk investasi pusat data. Pada pertengahan tahun ini, pemerintahan Singapura telah mengangkat moratorium pada konstruksi pusat data. Dengan perencanaan Satu Data Indonesia (SDI) 2022-2024, pemerintah Indonesia juga sedang berfokus pada perluasan implementasi struktur data seperti pusat data. Sedangkan, pasar pusat data di Thailand diperkirakan akan mencapai 1.03 triliun dolar AS pada 2027.

Pusat data dengan infrastruktur yang tersebar di berbagai lokasi geografis menghadirkan tantangan untuk memantaunya. Pusat data menjadi infrastruktur yang penting untuk perusahaan di berbagai industri. Karena itu, kegagalan pemantauan ekosistem akan membuat bisnis tidak dapat dioperasikan. Sangat penting untuk menjaga peralatan teknis, fasilitas operasional, serta keamanan untuk menjamin efisiensi operasi bisnis yang akan meminimalisir downtime pusat data. Dengan penggunaan pusat data di berbagai industri di Asia Tenggara, maka solusi monitoring akan menjadi sama pentingnya.

Monitoring Jarak Jauh Lewat Cloud Meningkat Namun Perlu Diferensiasi

Saat ini, penggunaan cloud oleh perusahaan terus meningkat, dengan 76% perusahaan di Asia Pasifik terus berencana meningkatkan layanan cloud mereka dalam waktu 12 bulan ke depan. Aspek penting migrasi cloud adalah untuk menguatkan strategi cloud-first dengan memastikan bahwa beragam aplikasi dan proses IT dapat digabungkan ke lingkungan sebuah komputasi awan.

Lebih dari itu, layanan monitoring berbasis cloud sedang meningkat. Layanan ini dapat diaplikasikan untuk memonitor komponen berbasis cloud seperti website, layanan cloud dan aplikasi berbasis cloud. Pada aspek monitoring on-premise, solusi monitoring dari cloud mungkin dapat menghadapi beberapa masalah karena mereka bergantung dengan koneksi internet yang super cepat dan andal agar menghindari kesalahan hasil monitoring akibat keterlambatan transmisi data. Hal ini penting untuk dicatat, dan perusahaan juga memerlukan kecocokan perpaduan alat monitoring lokal dan berbasis cloud.

Fokus Baru untuk Meningkatkan Keamanan di Lingkungan IoT (Internet of Things)

Banyak bisnis dari beragam industri di seluruh dunia mulai menguatkan inisiatif dan strategi keamanan siber mereka dikarenakan meningkatnya angka kebocoran data, serangan ransomware dan serangan siber lainnya. Hal ini membuktikan bahwa keamanan pada Internet of Things (IoT) menjadi salah satu celah yang perlu diperhatikan.

Peningkatan adopsi dan kapabilitas dari teknologi IoT telah meroket dalam beberapa tahun terakhir. Pengeluaran IoT di Asia Pasifik diprediksikan akan mencapai 437 triliun dolar AS (setara lebih dari Rp 6.835 triliun) pada 2025. Segala alat yang terhubung dengan internet menjadi rentan dengan serangan siber. Terlepas dengan adanya bawaan keamanan pada teknologi IoT yang sangat minim, dan sulitnya manajemen patch dikarenakan pembawaan fisiknya, keterkaitan perangkat ini, serta kompleksitas lingkungan menimbulkan ancaman keamanan untuk keseluruhan jaringan.

Monitoring merupakan bagian penting di setiap strategi keamanan, memastikan bahwa semua alat keamanan klasik seperti firewall, sistem deteksi maupun PAM (privileged access management) dapat bekerja dengan sempurna. Namun demikian, monitoring memiliki tugas lain yang lebih penting, terutama di dunia IoT. Solusi monitoring yang tepat dapat memastikan keamanan fisik dengan mengintegrasikan sistem kunci pintu, kamera keamanan, pendeteksi asap maupun sensor temperatur ke dalam monitoring terpusat. Banyak perusahaan yang akan mempertimbangkan aspek ini ke depannya.

Arsitektur Terdistribusi Akan Menjadi Kenormalan Baru

Dengan konsep bekerja hybrid, bekerja dari rumah ataupun dari mana saja menjadi hal yang umum, sehingga mendorong perusahaan beralih dari infrastruktur data tersentralisasi ke penyimpanan data di cloud. Karena itu, perusahaan mengalihkan jaringan menggunakan software as a service (SAAS) dan software-defined WAN (SDWAN). Dengan penggunaan arsitektur terdistribusi yang semakin meningkat, penting untuk memiliki strategi monitoring yang tepat yang dapat bekerja secara efektif.

Dengan demikian, akan terdapat permintaan yang tinggi untuk solusi yang menyediakan sistem monitoring terpadu untuk infrastruktur IT yang menyediakan keuntungan seperti jaringan yang memadai, troubleshooting, menyederhanakan transisi ke cloud dan mengurangi kebutuhan bandwidth.

236