Jakarta, Gatra.com - Perekonomian global dalam satu tahun terakhir ditandai oleh tiga fenomena; yaitu fenomena “strong” dolar Amerika Serikat (AS), rubel Rusia dan pelemahan lira Turki. Namun, fenomena penguatan dolar AS dan rubel Rusia disebabkan faktor yang berbeda.
Fenomena strong dolar AS dipicu oleh: pertama, kenaikan suku bunga acuan The Fed, Federal Fund Rate (FFR). Kedua, pertumbuhan ekonomi AS meskipun melambat tetapi lebih baik dari Zona Euro (ZE). Aset AS menjadi pilihan investor global. Ketiga, AS net exporter komoditi energi. Kenaikan harga energi memperkuat dolar AS.
Sedangkan fenomena penguatan rubel Rusia disebabkan oleh kebijakan capital control (kebijakan pembatasan arus modal) paska invasi Rusia ke Ukraina. Bahkan pemerintah Beruang Merah ini memberlakukan kewajiban pembayaran ekspor Rusia ke berbagai negara dengan menggunakan rubel Rusia.
Kemudian, fenomena ketiga adalah pelemahan mata uang lira Turki dan respon anti mainstream ekonomi dari Central Bank Of The Republic of Turkiye (CBRT), menurunkan suku bunga pada saat inflasi ekstrim.
Fenomena di atas dapat dijelaskan dengan konsep impossible trinity. Konsep impossible trinity diperkenalkan oleh ekonom Kanada, Robert Mundell dan Ekonom Inggris, Marcus Flemming tahun 1960-an.
Fenomena Rubel Rusia
Nilai tukar mata uang rubel Rusia per dolar AS mengalami fluktuasi ekstrim paska invasi Rusia ke Ukraina. Fluktuasi disebabkan oleh pemberlakuan sanksi negara-negara barat dan sekutunya kepada Rusia. Mata uang rubel melemah dari RUB 75,284 per dolar AS pada awal Januari 2022 menjadi RUB 144,654 per dolar AS pada Maret 2022.
Inflasi Rusia juga mengalami peningkatan dari sebelum invasi pada Februari sebesar 9,2% menjadi 16,7% pada Maret dan puncaknya sebesar 17,5% pada April 2022. Setelahnya, mengalami penurunan hingga saat ini, menjadi sekitar 12% pada November 2022.
Tren inflasi tinggi dan pelemahan rubel kemudian direspon dengan dua kebijakan sekaligus, yaitu: Pertama, pemberlakukan kebijakan kontrol arus modal. Kedua, kebijakan moneter anti mainstream dari Bank Sentral Rusia, menurunkan suku bunga acuan dari 8% pada Oktober menjadi 7,5% pada November 2022.
Kebijakan kontrol arus modal adalah serangkaian kebijakan dari pemerintah, bank sentral, dan institusi keuangan untuk mengatur arus modal dari dan ke luar negeri. Instrumennya berupa pajak transaksi luar negeri, pembatasan volume arus modal, pemberlakuan pajak ekspor, pemberlakuan tarif impor dan kebijakan tata kelola pendapatan devisa.
Kebijakan Capital Control
Sejak negara-negara barat memberlalukan sanksi kepada Rusia atas invasi ke Ukraina, perdagangan Rusia dengan sejumlah negara terhenti. Pada sisi impor, Rusia berhenti memasok kebutuhan dalam negerinya dari luar negeri. Sementara pada sisi ekspor, Rusia tetap mengirim minyak, gas, baja, dan komponen manufaktur lain ke sejumlah negara.
Penghentian ekspor ke Rusia oleh sejumlah negara membuat kebutuhan dolar AS atau euro oleh Rusia berkurang. Permintaan dolar AS atau euro oleh rubel Rusia berkurang drastis. Pada sisi lain, pendapatan devisa negara yang dipimpin Vladimir Putin ini dari segi ekspor malah meningkat.
Kenaikan pendapatan devisa dari ekspor disertai kebijakan kewajiban menempatkan 80% pendapatan ekspor dalam rubel. Cadangan devisa Rusia meningkat dari 547,194 miliar dolar AS pada Oktober menjadi 567,289 miliar dolar AS pada November 2022.
Pemerintah Rusia juga memberlakukan kebijakan kewajiban pembayaran ekspor Rusia dalam mata uangnya. Kebijakan ini membuat kebutuhan rubel dari dolar AS dan euro meningkat.
Selain itu, pemerintah Rusia membayar kewajiban-kewajiban internasionalnya dalam rubel. Utang pemerintah Rusia berdenominasi dolar AS dibayar dengan menggunakan rubel, mengurangi secara signifikan permintan terhadap dolar AS.
Alhasil, mata uang Rusia menguat sangat signifikan menjadi 72,701 rubel per dolar AS. Posisi ini lebih kuat dibandingkan dengan kurs rubel Rusia per dolar AS pada awal Januari 2022 sekitar 75,284 RUB per dolar AS.
Berdasarkan konsep Mudell-Flemming trilemma, pemerintah dan otoritas moneter tidak mungkin mencapai tiga tujuan sekaligus, yaitu kebijakan moneter independen, kebebasan aliran modal, dan kestabilan nilai tukar.
Impossible trinity menawarkan tiga opsi kebijakan. Pertama, mempertahankan kebebasan aliran modal dan independensi kebijakan moneter dalam rezim nilai tukar mengambang bebas.
Kedua, menjamin kestabilan nilai tukar dan kebebasan arus modal, tetapi menghilangkan independensi kebijakan moneter. Ketiga, menjamin kestabilan nilai tukar, dan independensi kebijakan moneter dalam rezim capital control, pengawasan lalu lintas devisa yang ketat.
Pemerintah dan otoritas moneter Rusia, dalam menghadapi situasi yang serba sulit, memilih untuk melakukan pembatasan arus modal (capital control policy) dan menjamin kestabilan nilai tukarnya dengan tetap menjaga independensi kebijakan moneternya.
Oleh:
Muhammad Syarkawi Rauf
Dosen FEB Unhas/ Komisaris Utama PTPN IX