Home Kesehatan Rektor Unair Soroti Pentingnya Pengawasan Kemanan Obat dalam Peringatan Hari Kesehatan Internasional

Rektor Unair Soroti Pentingnya Pengawasan Kemanan Obat dalam Peringatan Hari Kesehatan Internasional

Surabaya, Gatra.com – Rektor Universitas Airlangga Mohammad Nasih menjelaskan bahwa obat bukanlah komoditas biasa karena banyaknya hal yang harus dipenuhi agar menjadi sebuah obat. Menurutnya, di samping untuk proses penyembuhan sebagai tujuan utama, obat juga memiliki karakteristik dan spesifikasi termasuk mutu, khasiat, dan keamanan.

“Tiga hal penting yang perlu menjadi perhatian kita semua adalah sebuah obat harus berkhasiat, harus bermutu, dan harus aman. Dengan demikian maka fungsi dari obat itu akan bisa berjalan sebagaimana mestinya untuk penyembuhan, diagnosis, pencegahan, pemulihan dan untuk peningkatan kesehatan” ujar Nasih dalam seminar nasional yang diselenggarakan oleh Fakultas Farmasi, Universitas Airlangga, Kamis aore (13/04).

Dalam seminar bertajuk Inovasi Kebijakan dalam Menghadapi Tantangan Pengawasan Obat dan Makanan itu, aspek keamanan suatu obat harus menjadi faktor dominan. Ia menjelaskan bahwa jika sebuah obat memiliki khasiat, tetapi tidak aman, hal itu tidak akan menjadi pilihan bagi masyarakat lantaran resiko yang dihasilkan oleh obat bisa jadi lebih besar dibandingkan dengan khasiatnya.

“Aspek keamanan merupakan aspek yang tidak bisa ditawar-tawar terkait peredaran dan penggunaan obat. Karena begitu ada yang tidak aman maka dampaknya akan sangat luar biasa. Tidak hanya akan menghilangkan khasiatnya, tapi justru akan menjadi perusak dan persoalan baru karena aspek tidak aman,” jelas Rektor Unair dalam seminar peringatan Hari Kesehatan Internasional itu.

Nasih kemudian menekankan bahwa pengawasan atas seluruh proses value chain dari pembuatan obat sampai ke pengguna menjadi sesuatu yang penting karena melibatkan resiko. Ia menjelaskan bahwa value chain dari sebuah obat meliputi bahan baku, fasilitas, proses produksi, distribusi, hingga pengguna.

“Seluruh prosesnya mulai dari bahan baku sampai dengan penggunaan itu diperlukan pengawasan yang ketat. Pengawasan itu tentu saja untuk menjamin bahwa obat yang dikonsumsi oleh masyarakat, agar obat yang beredar, agar obat yang bertujuan untuk penyembuhan itu, bisa berfungsi sebagaimana mestinya, dan atau tidak menimbulkan efek yang tidak diinginkan,” terangnya.

Karena rantai nilai yang bersifat panjang itu, ia menyebut bahwa pengawasan harus dilakukan di berbagai macam aspek. Pengawasan, salah satunya, menyangkut keberagaman produk kefarmasian yang hari ini beredar di Indonesia yang memiliki jumlah hampir jutaan.

Nasih merujuk pada data peredaran produk kefarmasian dengan rincian obat sebanyak 19.765, obat tradisional 26.511, suplemen makanan 8.272, makanan dan minuman, 282.657, dan yang paling banyak adalah kategori kosmetika dengan jumlah 410.677. Data tersebut bersumber dari laman Badan Pengawas Obat dan Makanan.

“Aspek pengawasan, aspek yang dimaksudkan untuk memastikan bahwa obat diproduksi dan digunakan sebagaimana mestinya menjadi hal yang sangat krusial. Pada sisi lain kita memahami bahwa aspek kelembagaan, aspek autorisasi, dan aspek-aspek yang berkaitan dengan peraturan pengawasan di Indonesia sudah kita kenal sebagai negara yang birokrasinya sangat-sangat luar biasa ruwet. Oleh karena itu diperlukan koordinasi, pengembangan, reformasi, berkaitan dengan banyak hal untuk aspek-aspek pengawasan,” jelasnya.

Ia merangkum bahwa jangkauan berkaitan dengan obat, juga makanan, menjadi sangat-sangat luas sehingga diperlukan koordinasi dan kerja sama semua pihak termasuk oleh lembaga-lembaga otorisasi untuk melakukannya dan dengan melibatkan unsur masyarakat.

“Dalam berbagai macam persoalan ini tentu dibutuhkan koordinasi yang efektif dan sinergis antar lembaga/kementerian juga kerja sama antar semua pihak menjadi sangat penting dan menjadi sebuah keniscayaan,” ungkapnya.

144