Jakarta, Gatra.com - Pertunjukan tari “Budi Bermain Boal” karya koreografer Megatruh Banyu Mili menjadi pembuka gelaran Helatari 2023 yang diselenggarakan Komunitas Salihara. Pertunjukan ini dilaksanakan pada Sabtu, 03 Juni 2023, dan Minggu, 04 Juni 2023 di Salihara, Jakarta Selatan.
Tahun ini Komunitas Salihara menampilkan tiga koreografer yang lolos melalui proses seleksi undangan terbuka. Tiga koreografer tersebut adalah Megatruh Banyu Mili, Annastasya Verrina, dan Wayan Sumahardika.
Ketiganya dianggap memiliki kekuatannya masing-masing dalam membawakan isu-isu yang relevan dengan masa kini seperti pendidikan, hingga batasan-batasan norma yang masih terlihat abu-abu di masyarakat.
“Konsep koreografi yang disuguhkan oleh koreografer Megatruh dan Verina merupakan upaya menerjemahkan sebuah narasi tentang simpanan ingatan masa lalu dalam menjalankan aturan-aturan mengenai kedisiplinan, tentang norma, tentang apa yang dianggap baik-buruk,” ucap Kurator Tari Komunitas Salihara, Tony Prabowo, Jumat (2/6).
Baca Juga: Bandung Bondowoso Jadi Sosok Berbeda di Pertunjukan Wayang Suket Salihara
Budi Bermain Boal menampilkan tiga penari, termasuk di dalamnya koreografer Megatruh Banyu Mili, dengan persona siswa sekolah dasar. Di awal pertunjukan, dua orang siswa duduk di bangku sekolah tanpa meja. Keduanya mengeluarkan gerakan-gerakan berulang sembari duduk: mengangkat tangan seperti ingin bertanya, mengeluarkan senyum terpaksa, hingga bersedekap.
Pertunjukan ini diambil dari dua penanda peristiwa dalam pendidikan melalui sudut pandang yang berbeda. Premis karyanya adalah tentang bagaimana sebuah idiom –sebagai bagian dari metode pendidikan– tanpa disadari memengaruhi pandangan dan perilaku sehari-hari. Premis ini kemudian diurai melalui kerja interdisiplin yang mengekstraksi tubuh (tari) dengan pendekatan teater ala Augusto Boal, sehingga memberi dimensi lain pada karya.
“Dia (Augusto Boal), menampilkan karyanya dengan tujuan membuka masalah-masalah yang ada untuk membantu jawaban orang-orang yang terkena masalah itu,” jelas Megatruh tentang alasannya menggunakan pendekatan teater ala Augusto Boal, seusai gladi resik di Salihara, Jumat (2/6).
Sejak 2018, karya Megatruh memang sudah mendalami tentang berbagai kasus dalam pola pendidikan. Hampir semua ruang pendidikan, mulai dari pendidikan formal hingga keluarga memiliki kasus yang sama, yaitu adanya sosok penguasa yang melakukan penyeragaman atau yang dalam konteks karya ini akan disebut sebagai pem-budi-an.
“Saya ingat waktu sekolah dulu, setiap murid yang pintar dipanggil dengan nama Budi sementara yang kurang pintar dipanggil dengan namanya sendiri,” kata Megatruh.
Dalam pertunjukan ini, gugatan pada penyeragaman dan dunia pendidikan ditampilkan di banyak koreografi. Mulai dari gerakan tari yang diseragamkan dalam pendidikan tari di sekolah -dan penari harus selalu tersenyum di ujung gerakan- hingga bagaimana perempuan menjadi tempat berpijak sambil menanggung beban dan keinginan lelaki tanpa kuasa untuk menolak.
Baca Juga: Sendratari “Sang Julung Kembar”, Kolaborasi Ratusan Siswa dan Guru Jepara Peringati Hardiknas
Megatruh Banyu Mili adalah adalah penari dan koreografer asal Yogyakarta. Megatruh mulai aktif terlibat dalam dunia seni pertunjukan pada 2010 bersama Bengkel Mime Theatre dan Teater Garasi/Garasi Performance Institute.
Sejak 2018, Megatruh berfokus menciptakan karya yang berangkat dari isu tentang pendidikan; baik dalam pendidikan formal maupun di lingkungan dan keluarga. Karya-karyanya antara lain yaitu Space of Silence (2018), Aku Siapa (2019), Nama Saya Budi (2020), Ini Budi (2020), Ini Bapak Budi (2021) dan Budi Bermain Bola (2022).
Pada 2021 bersama Banyu Mili Art Performance, Megatruh membuat platform bertajuk Ruang Menari: Festival Virtual Gerak dan Tari untuk koreografer muda mempresentasikan karya film tari.